Oleh: Andi Mulhanan Tombolotutu

INI TENTANG REGENERASI POLITIK. Baru beberapa hari berlalu, kita menyaksikan pelantikan anggota DPRD Kota Palu. Saya bergumam dalam hati, dulu ketika saya dilantik, yang hadir menyaksikan adalah anak dan istri. Tapi sekarang terbalik, orang tua yang datang menyaksikan anaknya dilantik.

Pun halnya pada Pemilu kemarin. Kita melihat fakta, empat anak muda Sulawesi Tengah, terpilih sebagai anggota DPD. Nanti, orang tua merekalah yang akan datang menyaksikan pelantikan itu di Senayan.

Sebuah perubahan besar, terasa mulai berbisik dalam riuhnya kancah politik di Sulawesi Tengah. Bukan sekadar angin yang bertiup di telinga, tetapi suara harapan yang kian kuat – harapan akan regenerasi politik.

Sebuah gerakan halus, yang menuntut pergantian generasi di panggung kekuasaan, sebuah seruan yang mengajak anak-anak muda untuk bangkit dari balik bayang-bayang para tuaka.

Sudah terlalu lama, Sulawesi Tengah berjalan dengan pola yang berulang. Orang-orang tua dengan pengalaman Panjang, dan cerita sukses masa lalu, mendominasi kursi-kursi kekuasaan. Mereka, yang dulu datang dengan semangat perubahan, kini bertahan dalam kenyamanan status quo.

Tapi zaman telah berubah. Dunia bergerak cepat, dan anak-anak muda mulai merasa kehilangan ruang, untuk berkontribusi dalam teater politik di tanah mereka sendiri.

Melihat Jakarta, ibukota negeri yang penuh hiruk-pikuk, ada satu pemandangan yang menarik: wajah-wajah segar di panggung partai politik.

Elit partai nasional diisi oleh orang-orang yang usianya belum menginjak 50 tahun. Mereka berbicara tentang masa depan, dengan pemikiran yang segar, energi yang tak terbendung, dan keyakinan, bahwa generasi muda harus menjadi penggerak perubahan.

Ironisnya, di daerah seperti Sulawesi Tengah, anak muda masih menunggu di pinggir panggung, menyaksikan pertunjukan lama yang terus berulang. Tapi siapa yang mengatakan mereka harus menunggu? Mengapa mereka tidak bisa merebut panggung dan memulai cerita mereka sendiri?

Saat ini bukan lagi waktunya menanti. Ini adalah saatnya bagi anak muda untuk masuk ke dalam arena, membawa semangat perubahan, dan menulis ulang cerita politik Sulawesi Tengah.

Pertarungan politik di Pilkada Sulteng, adalah gambaran nyata, bagaimana anak muda bisa memegang kendali, membawa gagasan-gagasan progresif, dan menggantikan narasi usang dengan cerita baru.

Dunia digital, ekonomi kreatif, perubahan iklim, serta isu-isu gender dan kesetaraan, menjadi agenda utama yang harus dibawa oleh anak-anak muda ke meja politik.

Mereka adalah generasi yang tumbuh dalam era keterbukaan informasi, peka terhadap perubahan global, dan memahami bahwa Sulawesi Tengah harus bergerak seiring dengan arus zaman.

Sulawesi Tengah, dengan segala kekayaannya, tak boleh tertinggal. Potensinya melimpah, tetapi butuh tangan-tangan baru, yang bisa mengubah potensi itu menjadi kenyataan.

Anak-anak muda yang berani bermimpi besar, harus mengambil alih. Mereka harus berhenti menunggu panggilan, karena panggilan itu mungkin tidak akan datang.

Mereka harus menciptakan peluang sendiri, dengan gagasan segar dan energi yang meledak-ledak.

Seperti halnya musim yang selalu berganti, demikian pula politik harus beregenerasi. Anak-anak muda Sulawesi Tengah perlu meyakini, bahwa perubahan dimulai dari mereka sendiri. Saatnya untuk tidak lagi menjadi penonton dalam panggung besar politik, tetapi menjadi aktor utama.

Mereka harus menyingsingkan lengan baju, menyusun strategi, dan berjuang merebut masa depan, yang sudah sepatutnya menjadi milik mereka.

Dan di suatu hari nanti, ketika langit biru Sulawesi Tengah bersih tanpa awan, mereka akan berdiri di puncak, melihat ke bawah, dan dengan bangga berkata: “Kami yang memulai perubahan ini”. Di situlah sebuah babak baru dalam sejarah Sulawesi Tengah telah dimulai. (*)

Editor: Ruslan Sangadji