Oleh : Salihudin
SENYAMPANG masih bulan Maulid dan kita menghadapi pilkada, kita bicara mengenai teladan kepemimpinan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan konteks demokrasi modern.
Kepemimpinan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, menjadi contoh ideal bagi pemimpin. Dalam Islam, Nabi dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Setiap tindakannya berdasarkan prinsip keadilan dan kesejahteraan umat. Nabi selalu mendahulukan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi.
Pilkada sebagai proses demokrasi, membutuhkan nilai-nilai tersebut. Demokrasi modern, menekankan pada keterlibatan masyarakat dalam memilih pemimpin. Filsuf Inggris John Locke dalam teori kontrak sosial menyebutkan, pemimpin dipilih oleh rakyat demi kepentingan bersama. Pemimpin dalam Pilkada, harus mampu membawa aspirasi rakyatnya.
Nabi Muhammad dikenal sebagai sosok yang merakyat. Beliau sering mendengarkan keluhan rakyatnya, tanpa memandang status. Hal ini sejalan dengan konsep demokrasi deliberatif yang dikemukakan oleh Jürgen Habermas. Menurut Habermas, pemimpin harus mampu mendengarkan dan berdialog dengan rakyat.
Dalam konteks Pilkada, pemimpin yang ideal adalah yang terbuka untuk berdialog. Mereka harus mampu merespon aspirasi masyarakat secara langsung dan jujur.
Pemimpin yang terpilih bukan hanya berdasarkan janji, tetapi pada komitmen nyata bekerja untuk rakyat. Nabi Muhammad mengajarkan pentingnya amanah dan tanggung jawab dalam kepemimpinan.
Selain itu, Nabi Muhammad juga menekankan kejujuran. Hal ini juga yang diajarkan seorang pakar kepemimpinan bernama James MacGregor Burns tentang teori etika kepemimpinan. Menurut Burns, kepemimpinan transformasional menekankan pentingnya moralitas dan integritas. Pemimpin yang jujur akan dipercaya oleh rakyat dan mampu menciptakan perubahan positif.
Pilkada, sering kali diwarnai oleh berbagai kampanye politik. Namun, penting bagi calon pemimpin, untuk menjaga etika politik yang benar. Nabi Muhammad selalu menjunjung tinggi akhlak mulia, bahkan dalam berpolitik. Hal ini menjadi teladan bahwa politik harus dijalankan dengan cara-cara yang bersih dan adil.
Dalam proses Pilkada, prinsip musyawarah juga sangat penting. Sebagaimana dicontohkan oleh Nabi, beliau selalu mengambil keputusan melalui musyawarah. Ini selaras dengan prinsip demokrasi modern, yang menghargai konsensus dan partisipasi publik. Pemimpin yang bijaksana harus melibatkan masyarakat dalam setiap keputusan yang diambil.
Penting bagi calon pemimpin dalam Pilkada, untuk belajar dari teladan Nabi. Mereka harus menjalankan kepemimpinan dengan niat yang tulus untuk melayani. Tidak hanya sekadar mendapatkan kekuasaan, tetapi benar-benar memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Sebagaimana Nabi Muhammad, pemimpin harus berjuang demi keadilan dan kemakmuran bersama.
Pelajaran dari kepemimpinan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sangat relevan dalam Pilkada. Para calon pemimpin diharapkan meneladani sifat adil, jujur, dan bertanggung jawab. Dengan mengedepankan musyawarah dan mendengarkan rakyat, siapapun yang terpilih bisa membawa perubahan positif bagi masyarakat. (*)
Editor: Ruslan Sangadji
Tinggalkan Balasan