Oleh: Darlis Muhammad

HASIL PILIHAN RAKYAT Sulawesi Tengah, telah dilantik pada Rabu, 25 September 2024 kemarin. Ada sesungging senyum kemenangan, terpancar di wajah-wajah yang hadir. Di hari itu, dengan khusyuk sebanyak 55 anggota DPRD Provinsi, telah bersumpah atas nama Tuhan, menandai perjanjian mereka dengan rakyat.

Pembacaan sumpah tersebut, kita maknai sebagai “teks suci” perjanjian dengan rakyat. Mereka yang kemudian disematkan sebagai wakil rakyat itu, mendeklarasikan diri untuk setia melayani kehendak, dan keperluan rakyat kebanyakan. Mereka tak akan menukar kesetiaan bersama rakyat, untuk sebuah kepentingan pribadi dan sesaat.

Dalam turunan makna yang lebih dalam ialah, sumpah itu merupakan janji rohani. Artinya, mereka telah bermohon kepada Tuhan, untuk setia bersama dan berkelindan dengan kepentingan rakyat.

Dengan begitu, mereka bersedia mendapat “kutukan ilahiyah”, apabila mereka berkhianat dari teks sumpah tersebut. Karena itu, tidak boleh sumpah anggota dewan kemarin, dianggap sebagai keperluan protokoler semata.

Ketika mereka mengangkat sumpah, pada saat itu juga mereka telah menggadaikan diri, dari sosok individual menjadi sosok publik atau menjadi milik orang banyak. Sejatinya, sumpah itu mengikat, bahkan terhadap keluarganya dan kerabat dekatnya sekali pun.

Komitmen pada sumpah sebagai legislator, tak boleh berhenti hanya di depan pintu gedung wanita di Jalan Mohammad Yamin, tapi sumpah itu mengejawantah di ruang paripurna, ruang komisi, di wilayah wilayah reses, bahkan di cafe-cafe sekali pun.

Memang, tak mudah mengiintegrasikan gagasan moralitas, dalam praktik kehidupan kita, tapi ini sudah menjadi pilihan sebagai anggota dewan yang terhormat. Maka moralitas harus terjaga dan terukur. Inilah yang kita sebut jalan pedang pengabdian, sebuah pilihan jalan yang akan menerabas kendala kemiskinan rakyat.

Menjadi anggota dewan adalah sebuah dedikasi. Terhadap masalah ini, Sahabat Ali bin Abi Thalib menitipkan pesan penting buat penguasa, dan juga wakil rakyat. Dalam Kitab Qashash Ash-Shalihin wa Nawadir az-Zahidin karya Ibnul Jauzi, pesan pertama Ali bin Abi Thalib adalah menjaga integritas.

Tentu tidak mudah, karena seorang pemimpin yang punya integritas, berarti dia telah menyelaraskan pikiran, hati, sikap dan tindakan yang sama untuk sebuah kerja kerja mulia.

Dalam konteks itulah, kita menggantungkan harapan besar di pundak 55 anggota DPRD Sulteng itu. Sejumput persoalan yang krusial dan kritikal yang hadir di depan – Persoalan eksploitasi tambang besar-besaran dan massif. Ini perlu dikritisi, mengingat kerusakan lingkungan dengan dampak menyengsarakan rakyat, benar dan nyata adanya.

Kemudian, segregasi penduduk miskin masih cukup menganga. Memang, angka pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional, tapi tingkat kemiskinan absolut, tak bergeser signifikan bahkan terkesan cenderung bertambah. Ini anomali. Kita berharap, dana desa dan kelurahan perlu dioptimalkan.

Selama ini, kehadiran dana itu seakan tak berdampak, sekadar komplomenter sifanya, kecuali menjadi ladang korupsi para pengambil kebijakan di tingkat desa.

Saat ini, dalam pengambilan keputusan sudah harus mendengar, saran dan advice para cerdik cendekia. Ada baiknya mengoptimalkan kerja-kerja Tenaga Ahli Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang sangat mumpuni.

Anggota DPRD Sulteng kali ini, dihiasi muka-muka baru dari kalangan penggiat sosial dan kemanusiaan. Bukan untuk menagih janji, saat mereka berorasi di parlemen jalanan beberapa waktu silam, tapi idealisasi dan semangat kebaruannya, yang kita harapkan memberi warna di parlemen kali ini.

Tentu para anggota dewan yang sudah senior, berkalip-kali terpilih, akan memberi tuntunan dan support, agar parlemen Sulawesi Tengah boleh dibilang the dream tim.

Karena itulah, kita tak mau mendengar ada onggota dewan yang hadir di dalam ruangan ber AC dan duduk di kursi empuk, sekadar hanya datang, duduk, dengar, diam dan terima duit, lalu sibuk main handphone, lupa akan janji-janjinya dan lupa aspirasi konstituen yang diperjuangkan.

Akhirnya, mari kita hadiahkan pantun untuk wakil-wakil kita di di Jalan Sam Ratulangi:

Di atas lutut berpakaian batik
Berwarna merah berbintik-bintik
Kalau ikut ajang politik
Harus siap menerima kritik

Satu lagi:

Belajar teknik haruslah fokus
Bapak gurunya namanya Markus
Jika berkarier jadi politikus
Jangan rakus seperti tikus

‘Alla kulli Hal, selamat menyandang wakil rakyat, semoga pesan sahabat Rasul, Ali bin Abi Thalib, menjadi perisai dalam mengawal amanat rakyat. Selamat!. (*)

Editor: Ruslan Sangadji