Psikologi Kesabaran di Tengah Suasana Kampanye

DALAM HIRUK PIKUK kampanye politik, Ahmad HM Ali, calon gubernur Sulawesi Tengah, tampil dengan pendekatan yang jarang terlihat.

Dengan penuh keyakinan, ia menyampaikan pesan mengejutkan kepada masyarakat, “Silakan menghina, dilarang tersinggung.” Sebuah pernyataan yang sederhana, namun penuh makna, menunjukkan kedewasaan emosional dan keberanian menghadapi kritik.

Sebagai politisi, Ahmad menyadari bahwa kritik adalah bagian tak terelakkan dari kehidupan publik. Namun, alih-alih menutup diri atau melawan balik, ia mengajak masyarakat untuk lebih bebas menyampaikan pendapat, bahkan jika itu dalam bentuk yang tidak mengenakkan.

Bagi Ahmad, kritik, bahkan hinaan sekalipun, adalah cermin yang dapat ia gunakan untuk memperbaiki diri. *”Tidak ada yang sempurna. Kalau saya salah, ingatkan. Kalau perlu, kritik saya dengan keras. Itu lebih baik daripada membiarkan saya salah tanpa koreksi,” ucapnya di salah satu acara kampanye.

PERSPEKTIF PSIKOLOGI: MENERIMA KRITIK DENGAN KEDEWASAAN

Dalam psikologi, kemampuan menerima kritik—terutama yang negatif—sering dikaitkan dengan tingkat emotional intelligence (kecerdasan emosional) seseorang. Salah satu komponennya adalah kemampuan mengelola emosi pribadi dan memahami emosi orang lain.

Ahmad HM Ali, melalui pernyataannya, menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan ini. Ia tidak hanya terbuka terhadap kritik, tetapi juga mampu menjaga agar kritik tidak menggoyahkan emosinya.

Sejumlah literatur menyebutkan, pendekatan ini juga sejalan dengan prinsip self-compassion, yaitu sikap menerima kelemahan diri dengan kasih sayang dan tidak terlalu keras pada diri sendiri.

Dengan mengundang masyarakat untuk berbicara jujur, bahkan tanpa filter, Ahmad menunjukkan keberanian untuk menghadapi dirinya apa adanya.

Psikologi menyebut hal ini, sebagai cara efektif untuk belajar dan berkembang, baik secara personal maupun profesional.

PESAN YANG MENGINSPIRASI

Pernyataan Ahmad juga membawa pesan yang lebih besar: kritik bukanlah ancaman, melainkan kesempatan untuk tumbuh. Dalam suasana kampanye yang seringkali dipenuhi tensi dan pertikaian, ajakan untuk saling terbuka ini memberikan nuansa berbeda. Ia menciptakan ruang untuk dialog, tanpa rasa takut atau malu.

Dengan sikap ini, Ahmad HM Ali tidak hanya menunjukkan kualitas sebagai pemimpin, tetapi juga menjadi teladan dalam bagaimana menghadapi tekanan dan kritik. Sebuah langkah yang tidak hanya menyejukkan suasana politik, tetapi juga membangun hubungan yang lebih erat dengan masyarakat.

Pada akhirnya, pendekatan ini mengajarkan kepada kita semua bahwa menerima hinaan tanpa tersinggung, adalah seni kedewasaan yang patut ditiru. Karena seperti kata Ahmad Ali, “Pemimpin sejati tidak takut dikritik, karena dari sanalah kita tahu bagaimana menjadi lebih baik.”

Editor: Ruslan Sangadji