Ambo Dalle – Wakil Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tengah

MATAHARI perlahan tenggelam di ufuk barat, melukis langit Sulawesi Tengah dengan semburat jingga. Di tengah keheningan menjelang pergantian tahun, kita perlu merenungkan perjalanan panjang yang dilalui Provinsi Sulawesi Tengah. Maka dengan penuh keyakinan, melalui refleksi akhir tahun ini, saya menyampaikan pandangan yang tidak hanya menggugah, tetapi juga semoga dapat membuka cakrawala harapan baru.

PERTUMBUHAN EKONOMI YANG MENGGEMBIRAKAN

Ekonomi Sulawesi Tengah ibarat pohon yang terus tumbuh, meski angin global bertiup kencang. Pada triwulan III 2024, pertumbuhan ekonomi provinsi ini mencapai 9,08% (y-on-y), jauh di atas rata-rata nasional. Dari sisi produksi, sektor industri pengolahan mencatat lonjakan impresif sebesar 14,77%, sementara dari sisi pengeluaran, ekspor barang dan jasa meningkat signifikan sebesar 11,24%.

Angka-angka ini tidak berdiri sendiri. Total PDRB Sulawesi Tengah menyentuh Rp95.555,46 miliar, menjadi bukti nyata, bahwa kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah telah mendorong provinsi ini melampaui tantangan global.

Saya yakin, setiap keberhasilan adalah cerminan dari kerja keras kita bersama.

TANTANGAN YANG MASIH MEMBAYANGI

Namun, di balik angka-angka tersebut, tantangan besar menanti. Tingkat pengangguran yang tercatat 2,94% memang rendah, tetapi pertanyaannya, sejauh mana pekerjaan yang ada mampu memberikan stabilitas dan kualitas hidup yang lebih baik? Kita butuh pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar.

Di sisi lain, kemiskinan menunjukkan tren positif. Persentase penduduk miskin turun dari 12,41% pada Maret 2023 menjadi 11,77% pada Maret 2024. Penurunan yang lebih terasa terjadi di perdesaan, di mana 15,7 ribu orang berhasil keluar dari jerat kemiskinan. Namun, di perkotaan, penurunannya hanya sebesar 0,2 ribu orang. Ini menjadi sinyal bahwa pendekatan kita di wilayah urban harus lebih inovatif.

HARAPAN DAN STRATEGI MENUJU 2025

Tentang langkah ke depan, saya pikir, perlunya distribusi manfaat ekonomi yang lebih merata. Pentingnya infrastruktur yang menjangkau wilayah terpencil, memastikan setiap sudut Sulawesi Tengah merasakan denyut kemajuan. Infrastruktur adalah urat nadi pembangunan,”.

Ia juga menyoroti garis kemiskinan yang berada di angka Rp600.872 per kapita per bulan. Dengan rata-rata kebutuhan rumah tangga miskin mencapai Rp3.250.718 per bulan, upaya peningkatan pendapatan masyarakat miskin menjadi agenda yang tidak bisa ditunda. Kita harus memberi mereka bukan hanya harapan, tetapi juga peluang.

OPTIMISME YANG HARUS DIJAGA

Dia akhir Dialektika ini, saya hendak menyampaikan pesan yang hangat dan menyentuh. Sulawesi Tengah memiliki potensi besar, tetapi itu hanya akan berarti jika manfaatnya dirasakan oleh semua orang.

Seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga harmoni sosial, memperkuat sinergi, dan bekerja keras demi masa depan yang lebih cerah.

Tahun 2025, adalah waktu untuk memperkokoh fondasi yang telah kita bangun. Mari kita melangkah dengan penuh percaya diri dan harapan

Langit Sulawesi Tengah semakin gelap, tetapi di dalam hati masyarakatnya, ada cahaya yang tak pernah padam. Cahaya itu adalah harapan, keyakinan, dan semangat untuk terus maju. Beginilah saya menutup refleksi akhir tahun ini. (*)

Editor: Ruslan Sangadji