JAKARTA, KAIDAH.ID – Keputusan PSSI menggantikan Shin Tae-yong dengan Patrick Kluivert sebagai pelatih tim nasional Indonesia, menarik perhatian media internasional, khususnya di Belanda.
Media lokal, ad.nl, memberikan sorotan khusus terhadap langkah ini dalam artikel yang diterbitkan pada Senin, 6 Januari 2025 berjudul: Welbespraakte Patrick Kluivert moet magneet zijn voor nieuwe jongens richting WK-primeur Indonesië.
Dalam artikel tersebut, ad.nl menilai, penunjukan Kluivert tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan performa timnas Indonesia, tetapi juga diharapkan mampu menjadi magnet bagi pemain Belanda keturunan Indonesia untuk bersedia dinaturalisasi.
Salah satu fokus utama PSSI adalah memanfaatkan koneksi dan nama besar Kluivert untuk menarik pemain-pemain berkualitas yang bisa memperkuat skuad Garuda menuju Piala Dunia 2026.
“Kluivert diharapkan membantu Indonesia bermain lebih menyerang dan mencetak lebih banyak gol,” tulis ad.nl.
Media tersebut juga mengungkap bahwa setidaknya ada dua nama pemain berkualitas yang disebut-sebut menjadi target naturalisasi, yaitu Jairo Riedewald (Antwerp) yang memiliki tiga caps bersama timnas Belanda dan Mitchel Bakker (Lille).
Selain itu, Ole Romeney, yang saat ini bermain untuk FC Oxford – klub milik keluarga Bakrie – juga diprediksi bisa menjadi tambahan kekuatan lini depan Indonesia.
Dengan hadirnya Kluivert, peluang Indonesia untuk melaju ke Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat dan Kanada dinilai semakin besar. Kombinasi dari pemain naturalisasi potensial dan strategi baru di bawah Kluivert diyakini dapat memperbaiki performa timnas yang selama ini dianggap masih kurang kompetitif di level internasional.
Namun, ad.nl juga menyoroti tantangan besar yang menanti Kluivert. Dalam satu dekade terakhir, karier Kluivert sebagai pelatih tidak menunjukkan prestasi yang menonjol.
Setelah sempat menjadi asisten pelatih di Brisbane Roar (Australia) dan timnas Kamerun di bawah Clarence Seedorf, ia mengambil alih timnas Curacao. Namun, kiprahnya di Curacao tidak bertahan lama, sebelum akhirnya digantikan oleh Dick Advocaat.
Kesempatan emas sempat dimiliki Kluivert, saat ia menjabat sebagai kepala teknik kepelatihan di FC Barcelona dan direktur olahraga di Paris Saint-Germain (PSG). Sayangnya, masa jabatannya di Adana Demirspor, klub Turki, justru berakhir dengan catatan yang kurang baik. Gaji yang sering terlambat dibayarkan dan intervensi berlebihan dari pemilik klub membuat Kluivert gagal memberikan hasil maksimal.
Terlepas dari catatan kariernya, ad.nl percaya, pengalaman Kluivert di level internasional, baik sebagai pemain maupun pelatih, dapat memberikan dampak positif bagi timnas Indonesia.
Meski tugas yang diembannya cukup berat, jika didukung oleh manajemen yang solid dan program yang jelas, Kluivert mungkin mampu membawa perubahan signifikan bagi sepak bola Indonesia.
Kini, semua mata tertuju pada bagaimana Kluivert mengemban tugas besar ini di tengah ekspektasi yang tinggi menuju Piala Dunia 2026. (*)
Editor: Ruslan Sangadji
Tinggalkan Balasan