PARIGI, KAIDAH.ID – Penjabat Bupati Parigi Moutong, Richard Arnaldo Djanggola, menyampaikan, Pemkab Parigi Moutong sukses menekan angka prevalensi stunting dari 31,7% pada 2021 menjadi 27,4% pada 2022. Meski sempat naik sedikit menjadi 28,5% pada 2023, tren jangka panjang menunjukkan progres positif.
“Pencapaian ini tentu merupakan hasil kerja keras dan komitmen bersama dari seluruh pihak yang telah berkontribusi aktif dalam penurunan stunting,” kata Richard.
Richard menyampaikan itu pada Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting bertema “Penguatan Kelembagaan Capaian Target Stunting Tahun 2025”, yang berlangsung di Aula Bappelitbangda, Senin, 28 April 2025.
Dalam acara yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappelitbangda), Richard menegaskan, stunting masih menjadi permasalahan serius nasional. Mengutip Global Nutrition Report 2018, disebutkan sebanyak 150,8 juta atau 22,2% balita di dunia mengalami stunting. Indonesia sendiri menduduki peringkat kelima tertinggi dengan prevalensi 30,8% menurut Riskesdas 2018.
Sebagai bentuk keseriusan, Pemkab Parigi Moutong terus mengintegrasikan rencana percepatan penurunan prevalensi stunting ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Fokus diarahkan pada peningkatan akses layanan dasar bagi kelompok prioritas, terutama dalam periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Pelayanan dasar yang diperkuat mencakup layanan kesehatan ibu dan anak, konseling gizi terpadu, penyediaan air minum dan sanitasi, pendidikan anak usia dini, serta perlindungan sosial.
Richard juga menyebut, secara nasional partisipasi daerah dalam aksi konvergensi penurunan stunting meningkat signifikan. Dari 67% kabupaten/kota pada tahun 2021, menjadi 100% pada 2024 berkat pembinaan dan penguatan kelembagaan di seluruh level pemerintahan.
Ia berharap rakor ini menjadi momentum memperkuat sinergi dan kolaborasi lintas sektor dari tingkat kabupaten hingga desa. Menurutnya, keberhasilan dalam menurunkan stunting tidak bisa dicapai tanpa kerja sama yang solid antar pemangku kepentingan.
“Kita ingin layanan pencegahan dan penanganan stunting semakin berkualitas, tepat sasaran, dan menyentuh langsung remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, serta anak usia 0–59 bulan,” tutupnya. (*)
Editor: Ruslan Sangadji

Tinggalkan Balasan