DI TENGAH DERU MESIN dan geliat industri kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), ada satu kisah hening yang menyentuh hati. Sebuah kisah tentang harapan, ketabahan, dan kepedulian. Adalah Fadrun, pria 32 tahun asal Keurea, Morowali, yang menjadi bagian dari wajah humanis kawasan industri yang dikenal sibuk dan padat itu.
Fadrun bukan orang baru di IMIP. Ia telah bekerja cukup lama dan kini mengabdi di Departemen Central Kitchen. Namun di balik ketekunannya bekerja, tersimpan jejak perjuangan panjang. Pada 2014, ketika masih bertugas di bagian produksi PT GCNS, salah satu perusahaan di kawasan IMIP, ia mengalami kecelakaan kerja yang merenggut sebagian kemampuannya untuk berjalan. Insiden di Jetty Fatufia itu membuat kakinya harus diamputasi.
Sejak saat itu, Fadrun mengandalkan kaki palsu untuk melanjutkan hidup. Bertahun-tahun berlalu, dan alat bantu yang dipakainya sejak 2017 mulai usang dan menyakitkan. Gesekan yang terus-menerus menyebabkan luka dan lecet di kulitnya, membuatnya sulit bergerak dengan nyaman, bahkan saat bekerja.
Melihat kondisi itu, tim Corporate Social Responsibility (CSR) PT IMIP turun tangan. Mereka tidak sekadar memberi bantuan, tetapi terlebih dahulu melakukan observasi lapangan dan berkonsultasi dengan dokter yang menangani Fadrun di Kendari. Dari hasil evaluasi, diputuskan, Fadrun sangat membutuhkan kaki palsu baru yang layak, nyaman, dan aman digunakan.
“Kami ingin memastikan bantuan yang diberikan benar-benar tepat guna dan berdampak langsung. Karena itu, kami bekerja sama dengan vendor berkualitas dan tenaga medis,” kata Irfan Ardiansyah, Supervisor CSR PT IMIP.
Kaki palsu baru itu, kini telah digunakan Fadrun. Perangkatnya bergaransi satu tahun, jika ada kendala akan langsung ditangani oleh pihak Ortholite Palu. Bahan dan desainnya pun disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas harian, sehingga memungkinkan Fadrun bekerja dengan lebih leluasa dan aman.
Namun kepedulian PT IMIP tak berhenti sampai di situ. Koordinasi dengan divisi HRD dan tim keselamatan kerja (safety) dilakukan, untuk memastikan Fadrun mendapat perlakuan khusus yang mendukung mobilitasnya. Ia diberi akses kendaraan sampai ke area kerja, area parkir khusus, dan penyesuaian beban kerja yang lebih ringan.
“Kami pastikan bahwa keterbatasan fisik bukan menjadi hambatan untuk tetap produktif. Fadrun tetap memiliki ruang yang sama untuk berkarya di lingkungan kerja,” kata Irfan.
Pihak CSR juga memastikan, status kerja Fadrun sebagai karyawan tetap dengan perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT). Langkah ini mempertegas komitmen perusahaan memberikan kepastian dan rasa aman bagi pekerja, tanpa diskriminasi terhadap kelompok rentan.
Fadrun tak mampu menyembunyikan rasa harunya.
“Saya sangat bersyukur dan terharu. Kaki palsu ini sangat saya butuhkan, karena yang lama sudah menyakitkan dan mengganggu aktivitas. Dengan bantuan ini, saya bisa bergerak lebih leluasa dan mandiri,” ucapnya lirih, sembari mengusap wajah penuh syukur.
Kisah Fadrun, adalah satu dari sekian banyak wajah yang menunjukkan sisi kemanusiaan dunia industri. Bahwa di tengah kesibukan mengejar target produksi dan efisiensi, masih ada ruang untuk empati dan keberpihakan terhadap sesama manusia.
PT IMIP, melalui program CSR-nya, bukan hanya memberi kaki palsu. Tapi lebih dari itu, memberikan harapan baru agar setiap orang, apa pun kondisinya, tetap punya pijakan yang kokoh untuk melangkah maju. (*)
Editor: Ruslan Sangadji


Tinggalkan Balasan