Oleh: Ruslan Sangadji / Kaidah.ID
PRESIDEN PRABOWO SUBIANTO berdiri di garis terdepan dengan sikap tanpa kompromi. Ia tidak lagi berbicara setengah hati, melainkan mengeluarkan sumpah yang mengguncang, tidak ada ruang sedikit pun bagi koruptor dan mafia yang selama ini bercokol, mengisap darah rakyat, dan mempermainkan negeri ini.
“Demi Allah saya tidak akan mundur. Saya akan lawan siapa pun, sekuat apa pun, yang hendak merusak bangsa ini. Saya yakin rakyat bersama saya,” tegas Prabowo, dengan sorot mata yang menyalakan peringatan keras kepada musuh-musuh negara.
Ini bukan sekadar retorika politik. Ini adalah deklarasi perang dari seorang Presiden. Sejak awal kepemimpinannya, garis tegas sudah dibuat: berantas korupsi sampai ke akar-akarnya, tindak mafia tambang tanpa pandang bulu, dan sikat habis siapa saja yang hendak mempermainkan kedaulatan hukum. Dan siapa yang menghalangi, berarti berhadapan langsung dengan Presiden.
Sikap keras Presiden, membuat musuh-musuh bangsa panik. Dari tanggal 25 hingga 29 Agustus lalu, rakyat menyaksikan bagaimana aksi-aksi demonstrasi yang pada mulanya membawa suara aspirasi, berubah menjadi ajang kerusuhan, pembakaran, dan perusakan.
Fakta lapangan menunjukkan, ada tangan-tangan gelap yang merancang semua itu. Massa yang dihadirkan bukanlah suara tulus rakyat, melainkan pasukan bayaran. Mereka masuk ke tengah kerumunan, memprovokasi, dan mengobarkan amarah. Tujuan mereka jelas, menciptakan instabilitas, menebar kekacauan, bahkan membuka jalan menuju makar.
“Aksi yang berujung rusuh itu tidak lagi murni penyampaian aspirasi. Itu makar, dan saya tidak akan pernah gentar menghadapi makar,” tegas Presiden.
Motif di balik skenario kotor ini perlahan terbaca, mereka ingin mengguncang fondasi pemerintahan yang sah, bahkan menjatuhkannya. Mengapa? Karena keberanian Prabowo memotong jalur rente, menutup tambang-tambang ilegal, dan menghantam jaringan gelap yang selama ini mengisap keuntungan dari tubuh negara, mengusik kenyamanan mereka. Prabowo bagi para mafia itu adalah ancaman nyata, simbol bahaya yang harus disingkirkan.
Maka strategi busuk pun dimainkan, ciptakan chaos, adu rakyat dengan aparat, bikin negara seolah tak stabil. Mereka berharap Presiden kehilangan fokus, lalu terseret dalam pusaran krisis politik. Tapi mereka keliru. Justru dalam tekanan, sikap Presiden Prabowo semakin keras, semakin kencang, tidak goyah dan tidak takut.
“Mafia-mafia itu, sekuat apa pun, akan saya hadapi. Mereka bisa sembunyi di balik uang, di balik jabatan, atau di balik kekerasan. Saya akan datang, saya akan hadapi, atas nama rakyat. Tidak ada tempat bagi mereka di negeri ini,” ucap Presiden Prabowo penuh api.
Sejarah sudah berkali-kali membuktikan, setiap pemimpin yang berani melawan mafia, akan diadang dengan berbagai cara. Namun kali ini, mafia salah memilih lawan.
Prabowo bukan tipe yang tunduk pada tekanan. Ia sudah teruji di medan perang menghadapi musuh. Apalagi sekaang, ia membawa mandat rakyat, ia bersumpah di atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, dan itu berarti tidak ada satu pun kelompok kepentingan, sekuat apa pun, yang bisa memaksa dia mundur.
Bangsa ini kini berada di persimpangan. Apakah kita membiarkan segelintir mafia merampas masa depan negeri, ataukah berdiri di belakang Presiden, bahu-membahu melawan mereka?
Pertarungan ini sudah dimulai. Dan pesan Presiden jelas: ia tidak akan mundur, ia tidak akan ragu, dan ia tidak akan takut.
Mafia, koruptor, dan pengkhianat bangsa boleh bersembunyi di balik uang dan kekuasaan, tetapi pada akhirnya mereka akan berhadapan langsung dengan seorang Presiden yang siap melawan sampai titik darah penghabisan.
Tiga hal harus dicatat rakyat: pertama, korupsi dan mafia tambang adalah musuh bersama, bukan hanya musuh Presiden. Kedua, makar adalah penghianatan terhadap seluruh bangsa, bukan sekadar kepada seorang kepala negara. Ketiga, sikap diam rakyat justru memberi napas kepada mafia untuk terus bergerak.
Karena itu, rakyat harus bangkit, menyatukan barisan, dan menunjukkan bahwa negeri ini tidak bisa ditundukkan oleh permainan kotor segelintir elite.
Presiden Prabowo Subianto sendiri sadar, pertarungan ini akan panjang dan penuh intrik. Mafia bukan hanya punya uang, tapi juga jaringan kekuasaan yang menjalar hingga ke pusat-pusat keputusan.
Namun, di hadapan ancaman sebesar itu, justru muncul peluang emas, untuk menata ulang bangsa ini, membersihkan kerak-kerak busuk yang sudah terlalu lama merusak tubuh Indonesia. Tekad Presiden adalah momentum, dan rakyatlah yang akan menjadi penentunya.
“Demi Allah, saya bertekad memberantas korupsi. Saya akan sikat habis mafia-mafia itu. Sampai bersih. Dan saya yakin, rakyat bersama saya!” tutup Prabowo dengan lantang, menegaskan bahwa perang melawan korupsi dan mafia bukan sekadar janji, melainkan kenyataan yang akan ia jalankan dengan segenap tenaga.
Wallahu a‘lam

Tinggalkan Balasan