Telah banyak kita tahu dan kita dengar tentang manusia-manusia hebat di luar sana, tapi apakah kalian tahu apa penyebab mereka bisa menjadi hebat?. Belum banyak dari sebagian kita yang mengetahui bagaimana mereka bisa seperti itu. Dan kali ini, kita akan mengutip sedikit bagaimana manusia-manusia hebat ini bisa meraih prestasinya yang sungguh luar biasa.

Kita bukanlah manusia yang turun ke muka bumi dengan menyuguhkan kesempurnaan, seperti akhlak, paras, ilmu dan lainnya. Kita tetaplah manusia biasa, yang berusaha menjadi luar biasa untuk keluarga, lingkungan dan terkhusus diri kita sendiri. Tidak ada satu pun manusia yang sempurna, akan tetapi, Allah memerintahkan kita agar berusaha menjadi pribadi yang sempurna.

Kita adalah manusia yang terus-menerus berjuang untuk menjadi, atau paling tidak mendekati kata sempurna. Dan tentunya dengan belajar, mengasah intelektual dan bekerja keras untuk mandiri dalam kehidupan kita. Tetapi, kita tetaplah manusia yang punya peluang dalam berbuat dosa.

Maka dari itu, ibadah, kontribusi, amal kebaikan, mampu menutupi secuil keburukan yang pernah kita lakukan. Daya ingat yang baik, dapat meningkatkan kemampuan, baik bidang akademik maupun non akademik, dalam bidang non akademik salah satunya membaca Al Quran. Dalam menghafalkan Al Quran dibutuhkan konsentrasi atau perhatian khusus dan daya ingat yang tajam.

Secara psikologis, terdapat beberapa model penyimpanan memori (daya ingat), ada short-term memory (memori jangka pendek), dan long-term memory (memori jangka panjang). Menurut Kartini Kartono (1990), memori atau ingatan adalah kemampuan untuk mencamkan, menyimpan, dan mereproduksi hal-hal yang pernah diketahui.

Sedangkan sifat-sifat dari ingatan yang baik adalah setia, cepat, bisa menyimpan lama, luas untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau.

Hal ini senada dengan pandangan William Stren yang dikutip H.M Arifin, M.Ed (1976), ingatan adalah suatu kemampuan menghubung-hubungkan pengalaman yang telah lampau dengan pengalaman sekarang. Jadi pengalaman lampau yang telah melekat di dalam jiawa seseorang direproduksi dalam masa sekarang.

Dalam menghafal Al Quran bagian sistem limbik akan bekerja, di mana hippocampus yang berfungsi untuk mengolah memori, membantu manusia mengenali objek, serta mengingat dan memahami bahasa pun bekerja dalam otak. Setiap manusia mempunyai daya ingatnya masing-masing. Contohnya, ada yang dia menghafalnya cepat, tetapi dalam menyimpan hafalannya lama, menghafalnya lama tetapi daya ingatnya pendek, dan sebaliknya.

Terdapat satu kisah, ada seorang sahabat yang mulai SMA sudah tertarik untuk menjadi hafizah, awalnya prestasi akademiknya biasa saja, tetapi setelah serius menghafalkan Al Quran dari hari ke hari, bulan ke bulan, ternyata itu tidak membuat aktivitasnya terganggu, melainkan semakin mudah ia untuk menangkap materi.

Alhasil ia pun menjadi lulusan terbaik di sekolahnya. Dan seterusnya prestasinya semakin meningkat, ia mendapatkan beasiswa penuh, di organisasi ia merupakan aktivis yang kontribusinya sangat besar, ia pun menjadi da’iyah yang militan, dan hampir tiap semester di perkuliahan, ia meraih indeks prestasi yang sangat istimewa. Inilah salah satu rahasia kedahsyatan Al Quran (Ahmad Rifa’i Rif’an, 2012:4).

Syaikh Ibrahim bin Ismail dalam karyanya Ta’lim al-Muta’alim menyatakan, terdapat beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang kuat ingatan dan hafalannya. Di antaranya, menyedikitkan makan, membiasakan melaksanakan ibadah shalat malam, dan membaca Al Quran sambil melihat mushaf.

Tak ada lagi bacaan yang lebih mampu meningkatkan daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang selain membaca Al Quran. Maka dari itu, ingatan sudah terbentuk sejak kita lahir dan akan terus terbentuk selama kita hidup.

Dengan begitu, daya ingat yang kita miliki akan terus meningkat, tergantung apa yang kita pelajari dan pahami. Dengan menghafal, kita bisa semakin mengasah kemampuan berfikir dan semampu apa kita mengingatnya, dalam waktu yang cukup lama atau waktu yang sangat singkat.

Dan tidak harus kita menghafalkan Al Quran saja, banyak pengetahuan dan ilmu-ilmu yang dapat kita hafal, seperti rumus, bacaan, dan bahkan sekitar kita pun harus kita mengerti bagaimana cara berinteraksi satu dengan yang lain. *

Penulis: Sekar Atikah Nur Fauziyyah, 202010230311268, Universitas Muhammadiyah Malang