PALU, KAIDAH.ID – Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Palu, Ajengkris mengeritik keras Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, karena sering marah-marah setiap mengambil keputusan.
Menurut Ajengkris, pemimpin yang sering marah-marah itu karena tiga hal. Pertama; pemimpin yang bodoh melebihi anak buahnya, maka dia marah untuk menutupi kelemahannya. Kedua; karena pemimpin itu punya masalah di luar.
“Dan yang ketiga adalah pemimpin yang gangguan jiwa atau gila barangkali,” kata Ajengkris menyindir wali kota.
Lantaran itu, Ajengkris menyatakan mundur dan menyerahkan pengelolaan Pasar Moderen Bambaru kepada Wali Kota Palu, karena baru dua bulan mengelola Pasar Bambaru tapi sudah dilakukan pemeriksaan khusus oleh inspektorat.
“Saat ini saya sedang menjalani pemeriksaan khusus oleh inspektorat terkait manajemen pengelolaan Pasar Moderen Bambaru, karena berkaitan juga dengan penyerahan pengelolaan kepada Perusda Kota Palu,” jelas Ajengkris.
Padahal, kata dia, penyerahan pengelolaan Pasar Moderen Bambaru itu ke Perusda, bertentangan dengan Keputusan Mendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Retribusi, yang prinsipnya adalah siapa yang membayar, akan dilayani.
“Namun apakah dengan pembayaran retribusi yang telah melampaui target dari Pasar Bambaru itu sudah terpenuhi keinginan, ternyata belum,” ungkap Ajengkris saat tatap muka dengan seluruh pedagang di Pasar Moderen Bambaru, Jumat, 8 April 2022 kemarin.
Ajengkris yang mengenakan baju koko putih itu mengatakan, ia mengenakan baju seperti itu, berarti namanya Ajengkris yang dikamuflase.
“Bajunya gamis tapi orangnya tidak. Itu ajaran pimpinan saya beda, antara pakaian dan otaknya,” sindir Ajengkris.
Pemimpin, katanya, harus memiliki jiwa seni. Ia mengibaratkan sebuah group band yang harus kompak dan seirama dalam memainkan sebuah lagu.
“Jadi pemimpin itu bukan memimpin dengan emosional, itu tidak boleh,” tegasnya.
Seharusnya, kata Ajengkris, Wali Kota Palu tidak membawa persoalan politik. Harusnya, kata dia, seorang wali kota akan menanggalkan semua urusan politik dan mengayomi semua dinas.
“Tanggalkan itu, bukan memberi kesempatan kepada tim sukses, itu salah. Tidak boleh seorang wali kota ngomong begitu, hari ini akan saya buka semua,” tegasnya.
Sejauh ini, kata dia, dalam pengelolaan Pasar Bambaru, Dinas Perindag juga selalu melibatkan para ketua kelompok yang ada dalam pengambilan setiap keputusan.
“Di Bambaru ada tiga ketua kelompok, lantai 1, 2 dan 3 yang akan berembuk jika ada pengambilan keputusan. Jadi bukan kami yang mengurusi masalah itu,” ujarnya.
Ajengkris juga mengakui bahwa dirinya masih pusing soal pembayaran cleaning service dan listrik. Untuk itu, ia memohon maaf kepada seluruh pedagang jika dirinya ada kesalahan yang dilakukan selama mengelola Pasar Bambaru.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh Kabag Hukum Pemkot Palu, Badan Pendapatan Daerah, Inspektorat, Dinas PU, serta puluhan pedagang Pasar Bambaru. (*)
Tinggalkan Balasan