SIGI – Pandemi covid-19, tidak hanya mengancam kesehatan masyarakat, tetapi sangat berdampak pada banyak hal, antara lain pada sektor pangan. Lantaran itu, perlu sebuah strategi yang baik, agar penyediaan dan distribusi pangan yang baik dan lancar untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Kami sudah punya satu program sebagai strategi agar ketahanan pangan bisa terjaga dan mencukupi kebutuhan masyarakat berbasis lahan desa,” kata Rahmad Iqbal Nurkhalish, kepala Dinas Ketahan Pangan dan Perikanan Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Selasa, 9 Juni 2020.
Setiap desa, kata dia, perlu mengembangkan pemanfaatan lahan desa seluas tiga hektare. Lahan desa ini dimanfaatkan untuk penanaman kebutuhan pangan masyarakat berupa tanaman sayuran, cabe, tomat dan umbi umbian.
“Lahan tiga hektare itu merupakan sebuah inovasi, agar setiap desa dapat menyiapkan sumber-sumber pangan selain beras,” ujarnya.
Menurut Rahmad Iqbal, model pengelolaannya juga tidak mesti dalam satu hamparan, tetapi juga bisa terpisah-pisah sesuai kondisi wilayah desa. Bagi desa-desa yang tidak memiliki lahan lagi, dapat memanfaatkan seluruh pekarangan yang ada.
Pemerintah desa, penyuluh pertanian dan kelompok tani bersinergi untuk membangun ketahanan pangan di desa. Tanaman yang memiliki masa panen pendek atau singkat seperti 15 hari hingga 30 hari panen, harus menjadi prioritas.
“Itu penting, agar warga dapat mengambil dan memanfaatkan sesuai dengan kebutuhan rumah tangga mereka,” singkatnya.
Selama ini, Kabupaten Sigi merupakan salah satu daerah sentra produksi pangan utama di Sulteng. Berdasarkan produksi 2018 sebelum gempa bumi, likuefaksi dan tsunami, Kabupaten Sigi berada pada posisi ke empat dengan produksi padi sebanyak 147.430 ton setelah Parigi Moutong, Banggai dan Poso.
Sedangkan jagung dan kedelai, Kabupaten Sigi berada pada posisi ke lima dengan 37.780 ton jagung dan 334.6 ton kedelai, dengan indeks ketahanan pangan waktu itu 86,11 yang masuk dalam kategori ketahanan pangan tinggi.
“Tetapi karena pandemi korona, produksi itu mengalami penurunan yang cukup signifikan. Tahun 2019 produksi padi hanya sebesar 79.538 ton, jagung 56.173 ton dan kedelai 175 ton,” kata Rahmad Iqbal.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sigi menyebutkan, jumlah penduduk di kabupaten itu sekitar 239.421 jiwa (2018), dengan luas wilayah 519.602 hektare yang terdiri 15 kecamatan dan 176 desa.
“Dengan jumlah penduduk ini kita harus mampu menyediakan kebutuhan pangan sebanyak minimal 27.000 ton setiap tahun atau setara 70 ton per hari. Itu bukan jumlah yang sedikit,” kata dia.
Sementara dari luas lahan 519.602 hektare itu, lebih dari 75,17 persen atau 390.542 hektare merupakan kawasan hutan. Sedangkan kawasan budidaya dan penggunaan lain hanya 129.059 hektare atau 24,83 persen sehingga memang kawasan untuk usaha budidaya pertanian, perkebunan, peternakan yang dimiliki, sangatlah kecil.
“Padahal, usaha-usaha pertanian, perkebunan dan peternakan serta pariwisata sangat berperan penting mendorong perekonomian di Kabupaten Sigi,” ujarnya.
Upaya peningkatan dan rehabilitasi infstruktur untuk mendukung usaha-usaha pertanian setelah bencana untuk meningkatkan ketahanan pangan, belum sepenuhnya selesai. Kini terjadi pandemi Covid-19, dan Kabupaten juga menerima dampak itu. ***
Kaidah/Mochammad Subarkah
Tinggalkan Balasan