PALU – Ramai dibincangkan, mantan Danrem 132 Tadulako, Kolonel Inf. Agus Sasmita dinyatakan negatif, berdasarkan hasil pemeriksaan swab di Laboratorim Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) di Jakarta. Lantaran itu, banyak pihak yang meragukan hasil pemeriksaan dari laboratorium Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).

Terkait dengan itu, kaidah.id mewawancarai Koordinator Penanganan Covid-19 dan Pasien Dalam Pengawasan, Satgas Covid-19 Kota Palu. Berikut petikannya:

Kaidah.id : Assalamu alaikum Dokter

Dokter Hery : Wa’alaikum salam

Kaidah: Dok, dalam dua hari ini, beredar informasi bahwa mantan Danrem 132 Tadulako, Kolonel Inf. Agus Sasmita dinkonfirmasi negatif berdasarkan hasil swab RSPAD Jakarta? bagaimana itu?

Dokter Hery : Jadi begini, setiap warga negara itu punya hak untuk mencari pendapat kedua yang berbeda dalam memperoleh jasa pelayanan kesehatan. Itulah yang selama ini kita kenal dengan second opinion. Dan itu biasa dalam dunia kesehatan. Jika seseorang tidak puas dengan hasil pemeriksaan satu dokter atau rumah sakit, ia bisa pindah ke dokter yang lain atau rumah sakit yang lain. Dan itu bukan luar biasa.

Kaidah: Artinya, mantan Danrem tidak puas dengan hasil swab hasil swab kita?

Dokter Hery : Seperti yang saya bilang tadi, setiap pasien berhak mencari second opinion. Dan itu sah-sah saja

Kaidah: Apakah second opinion itu mengindikasikan bahwa hasil tes swab kita tidak akurat?

Dokter Hery : Bukan soal akurat atau tidak akurat, tetapi ini soal mencari pendapat lain saja. Beliau ke RSPAD itu, bukan berarti laboratorium mereka lebih baik daripada laboratorium kita. Belum tentu boss, jadi jangan salah paham soal itu.

Kaidah: Idealnya, berapa kali pemeriksaan swab bagi pasien covid-19?

Dokter Hery : Pemeriksaan swab PDP itu tiga kali. Pemeriksaan swab PDP Covid-19 positif, tetapi pemeriksaan kedua bisa saja negatif dan kalau pemeriksaan ketiga juga negatif maka pasien tersebut dinyatakan sembuh.

Kaidah: Bagaimana dengan orang lain yang punya riwayat berinteraksi dengan mereka yang terkonfirmasi positif dan kaitannya dengan tes rapid?

Dokter Hery : Setiap orang yang punya riwayat berinteraksi dengan yang sudah terkonfirmasi positif, idealnya enam hari kemudian baru dilakukan tes rapid untuk diketahui reaktif atau non reaktif. Jika sudah enam hari itu dan hasil rapidnya reaktif, barulah ditentukan atau didiagnosa ada virus apa di dalam tubuhnya. Bisa saja mungkin virus flu atau yang lainnya dan mendiagnosa gejalanya. Setelah itu, barulah dilanjutkan ke pemeriksaan swab.

Kaidah: Baik Dok, apa pesan Anda kepada masyarakat

Dokter Hery: Saya meminta agar masyarakat tidak percaya pada informasi liar di luar sana, apalagi yang disebar oleh mereka para penganut aliran konspirasi itu. Karena mereka itu, semua yang dilakukan oleh pemerintah dan oleh tim medis dianggap tidak betul semuanya. Sampai-sampai mereka lebih percaya dukun. Itu bahaya. Jadi sebaiknya memang, cari informasi soal korona itu pada ahlinya.

Kaidah: Terkait dengan protokol kesehatan bagaimana?

Dokter Hery: Begini, saya mau bilang bahwa jangan pernah menganggap enteng virus korona. Sudah terlalu banyak korban yang berjatuhan karena virus itu. Tetap saja jalankan protokol kesehatan seperti jaga jarak, cuci tangan, pakai masker kalau keluar rumah, jaga kebersihan dan jaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi vitamin.

Kaidah: Baik Dok. Terima kasih

Dokter Hery: Ok ok, tapi saya mau titip  pesan lagi begini. Pertama, terkait dengan  mantan Danrem kita, sudah benar yang beliau lakukan, yaitu memeriksakan swab ke RSPAD, dan boleh jadi itu pemeriksaan kedua. Alhamdulillah sudah negatif. Semoga pemeriksaan selanjutnya negatif lagi dan beliau dan keluarga dinyatakan sembuh. Kedua, tidak benar bahwa laboratorium kita bermasalah, karena sebelum digunakan, sudah dicek sesuai standar dan prosedur yang disyaratkan. Dan terakhir mari kita berdoa semoga kita semua terhindar dari marabahaya. ***