JAKARTA, KAIDAH.ID –  Pendaftaran calon Presidium Nasional KAHMI telah dibuka secara resmi pada 7 sampai 27 Oktober 2022. Terkait calon presidium, salah seorang tokoh KAHMI asal Sulawesi Tengah, Ahmad Ali menegaskan,  Presidium MN KAHMI, hendaknya berjumlah sebanyak lima orang saja, yang disesuaikan dengan masa bakti Majelis Nasional selama lima tahun.

 “Sembilan orang presidium itu terlalu banyak. Masa jabatan setiap orang hanya antara tujuh hingga delapan bulan. Mau kerja apa dengan masa jabatan sesingkat itu,” tegas Ahmad Ali yang juga Wakil Ketua Umum Partai NasDem ini.

Menurutnya, jumlah presidium sebanyak Sembilan orang itu, justru mengesankan hanya bagi-bagi kekuasaan. Maka sebaiknya sesuaikan dengan kebutuhan organisasi saja,” sarannya.

Namun, kata dia, jika presidium tetap berjumlah Sembilan orang, maka sebaiknya kembalikan model kepemimpinan MN KAHMI seperti di masa Mahfud MD.

“Di masa itu, Bang Mahfud MD itu menjadi Koordinator Presidium KAHMI yang tidak berganti-ganti. Beliau menjadi pemimpin tetap bagi anggota presidium yang lain. Tetapi setiap keputusan tetap kolektif kolegial,” jelasnya.

Selain komposisi Presidium MN KAHMI, Ahmad Ali juga menyarankan agar Presidium KAHMI Masa Bhakti 2022-2027 nanti, tidak diisi para politisi, tetapi sebaiknya para non partisan, agar MN KAHMI dapat bekerja lebih profesional dan lebih independen.

“Kita punya banyak kader profesional dan akademisi. Mereka tidak terlibat politik praktis. Adik-adik kita di HMI ini kan selalu menjadikan seniornya sebagai teladan. Nah, kalau Presidium KAHMI adalah politisi, nanti dapat memengaruhi independensi HMI,” katanya.

Meski begitu, dia mengatakan, menjadi hak setiap anggota KAHMI untuk mencalonkan diri sebagai Presidium KAHMI. Tetapi, jika ada wilayah yang setuju dengan pikirannya, maka ia ajak untuk berjuang bersama di Munas XI KAHMI nanti.

“Mungkin oikiran saya salah, tetapi jika ada yang setuju, mari kita berjuang bersama dan kita melakukan revitalisasi KAHMI melalui Munas di Palu,” ujarnya.

Ditanya tentang kesediaannya mencalonkan diri sebagai Presidium KAHMI, Ahmad Ali menolaknya.

“Banyak yang minta saya maju, tetapi saya tidak bersedia. Saya tahu diri sebagai Waketum Partai NasDem. Saya tidak mau, menjadi bagian dari orang-orang yang merusak independensi HMI dan itu sudah tegaskan sejak awal,” tegas Ahmad Ali.

Presidium Nasional KAHMI, Viva Yoga Mauladi mengatakan, mengenaoi Sembilan orang jumlah  presidium,  itu sudah cukup untuk periodisasi lima tahun.

“Jumlah alumni kita semakin banyak, sehingga dapat terakomodasi di Sembilan orang presidium itu,” kata Viva Yoga Mauladi.

Alumni HMI, kata Viva Yoga Mauladi, berisi kader dengan background yang bermacam-macam, mulai dari politisi, pengusaha, birokrat, akademisi dan lain-lain.

“Maka cara berpikir bahwa politisi tidak perlu mencalonkan diri sebagai presidium, itu justru diskriminatif. Politisi itu bukan pekerjaan yang jahat. Politisi itu pekerjaan mulia dan profesional. Jadi soal latar belakang calon itu tidak mesti menjadi pertimbangan,” kata Viva Yoga Mauladi.  (*)