DI TENGAH PADANG LUAS, empat orang warga sipil jalan bersaf menenteng senjata. Di depan mereka, tampak jurang yang dalam. Merangsek ke dalam lagi, ada hutan belantara. Di tengah belantara itu, seorang anak muda membuat bunyi dari kedua tangannya yang digenggam. Suaranya seperti burung. Bunyi itu semacam kode, tanda atau sandi yang ditujukan kepada pihak lain.
Seorang berseragam aparat berjalan membawa senjata. “Krak… krak… krak… bunyi…. pelocok bedil. Ya, tampak seseorang berseragam dengan ikat kepala merah putih menarik pelocok menodong seorang warga sipil.
Seseorang berlari di tengah belantara. Dia melompati sebatang pohon kecil yang roboh menghalangi jalannya. Di tempat lain, lima pemuda duduk sambil berdiskusi. Senapan di tangan. Ada teriakan Allahu Akbar.
Di sebuah rumah di kampung, seseorang sedang duduk kursi sambil membaca buku berjudul: Keluar dari Ekstremisme.
Begitu adegan film berjudul Kurir yang diproduksi oleh Rumah Katu, Poso. Film tersebut belum dirilis. Adegan singkat itu baru diposting oleh Arifuddin Lako alias Iin Brur, seorang mantan terpidana kasus Poso, yang kini berperan sebagai seorang penganjur damai di Poso.
Menonton trailer Film Kurir itu, kita seakan merasakan langsung peristiwa menegangkan di tengah hutan lebat itu. Kapan film itu akan rilis? “Kita upayakan Desember 2022 ini,” kata Adriany Badrah, Produser Film Kurir.
KISAH NYATA
Adriany Badrah, nhhmenjelaskan, Arifuddin Lako atau Iin Brur sang sutradara, mengangkat true story (kisah nyata) seorang petani kakao bernama Iwan yang dipaksa menjadi kurir untuk kelompok sipil bersenjata di Poso. Ia terpaksa melakukan itu, demi tetap bisa bekerja di kebunnya tanpa takut diserang kelompok sipil bersenjata.
Film ini dibuat berdasarkan dari hasil riset, hasil testimoni korban. Beberapa orang yang terlibat dalam film, juga adalah mereka yang pernah terpaksa terlibat dalam kelompok teroris yang menamakan diri Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso.
Film Kurir berdurasi hanya 25 menit. Para pemainnya juga hanyalah aktor-aktor amatir di Poso, yang juga teman-temannya sendiri. Dari film itu, Arifuddin Lako alias Iin Brur yang bekas teroris anggota Jamaah Islamiyah itu, mengajak publik untuk melawan penyebaran radikalisme dan ekstremisme di Poso.
Film Kurir, bercerita tentang Iwan berusia 20 tahun dan bekerja sebagai petani. Pemuda yang tinggal berdua sama ibunya. Ayahnya telah meninggal. Suatu saat, Iwan didatangi oleh sekelompok orang sipil bersenjata. Ia ‘terjebak’ dengan situasi dan kondisi Poso.
Kelompok bersenjata tersebut meminta kepada Iwan untuk membantu mengisi baterai di alat komunikasi mereka dan membeli bahan makanan. Di situasi yang lain, Poso sedang berlangsung operasi keamanan dengan sandi Operasi Tinombala, yang bertujuan untuk mengejar para pelaku teror dan kekerasan yang tergabung dalam jaringan radikalisme. Sementara Iwan , harus bekerja di kebun untuk kebutuhan ia dan ibunya.
Iwan mengalami konflik batin atas apa yang dialaminya. Ia paham risiko dari membantu kelompok MIT , adalah akan di tangkap oleh aparat keamanan, karena dianggap menjadi bagian jaringan terorisme. Ia juga mengerti, jiwanya terancam menjadi korban kekerasan, jika tidak menuruti keinginan kelompok yang menamakan diri MIT itu.
Film pendek ini juga menggambarkan situasi yang berbeda lainnya, dua orang pemuda intelek yang berdebat pemahaman tentang jihad, pencegahan dan penanggulangan ekstremisme.
Iin Brur, sutradara film pendek berjudul Kurir itu, menjelaskan, film tersebut adalah gambaran situasi Poso pasca konflik komunal dengan masuknya jaringan atau kelompok dengan menyebarkan paham ekstremisme, yang mengarah pada terorisme. Dan menggambarkan masyarakat sipil akan selalu menjadi korban dari aksi-aksi teror dan kekerasan kelompok sipil bersenjata dan juga dari pelaksanaan operasi keamanan.
“Kurir, film itu adalah kisah nyata yang selama ini tidak terungkap di Poso,” kata Iin Brur.
“Saya membuat film yang berjudul Kurir ini, karena hendak mengajak warga Poso dan seluruh orang, untuk tidak mudah percaya dengan ajakan-ajakan kelompok tertentu yang mengarah ke radikalisme, apalagi yang mengatasnamakan agama,” ujarnya.
Itulah Iin Brur. Ia yang dulu pernah dipenjara karena kasus penembakan Jaksa Ferry Silalahi di Palu. Kini, Iin Brur penganjur damai. Setelah menjalani masa tahanannya, Iin kembali ke Poso dan bersama-sama para aktivis mendirikan Rumah Katu. Di lembaga itu, Iin Brur mengampanyekan perdamaian melalui film. Sebelumnya ia juga menyutradarai film berjudul Jalan Pulang. Kini, film berjudul Kurir yang segera tayang pada Desember ini.
Judul Film : Kurir
Sutradara : Arifuddin Lako alias Iin Brur
Penulis naskah : Arifuddin Lako
Produser : Adriany Badrah
Manajer Produksi : Adriany Badrah (*)
Tinggalkan Balasan