JAKARTA, KAIDAH.ID – Kawasan industri terbesar di dunia segera berdiri. Namanya, Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI), di Bulungan Kalimantan Utara (Kaltara).

Presiden Joko Widodo mengatakan, Kawasan Industrial Park Indonesia itu adalah masa depan Indonesia, dan merupakan Green Industrial Park yang terbesar di dunia.

“Jika terealisasi dengan baik, ini akan menjadi masa depan Indonesia,” kata Presiden Jokowi, saat berkunjung ke Bulungan beberapa waktu lalu.

Menurut Presiden, proyek pembangunan industri hijau ini, akan banyak menarik para investor, untuk bekerja sama dalam bisnis yang sangat besar.

“Semuanya pasti berbondong-bondong ke sini, industri apapun yang berkaitan dengan green produk, pasti akan menengok ke kawasan industri ini,” katanya.

Presiden menegaskan, akan terus memantau perkembangan proyek pembangunan tersebut setiap waktu, agar tidak ada hambatan dan bisa rampung sesuai target.

“Saya ikuti terus perkembangannya dari hari ke hari, bulan ke bulan sehingga betul-betul tidak meleset dari jadwal,” ucapnya.

Sementara itu, lokasi industrial park di Kaltara ini sekitar 13 ribu hektare.

Tujuan kawasan itu, untuk membangun ekosistem industri baterai electric vehicle (ev).

Selain itu, untuk pembangunan pabrik Petrokimia Chemical, dan pabrik industri alumunium.

“Semuanya didukung oleh energi hijau, oleh renewable energy, oleh hydropower dari Sungai Mentarang, Sungai Kayan di Kalimantan Utara,” kata Presiden.

Pada Desember 2021 silam, Presiden Jokowi secara resmi melakukan groundbreaking KIPI ini.

Ada tiga perusahaan yang menjadi pengelola di kawasan tersebut, yakni PT KIPI, PT Indonesia Strategis Industri (ISI), dan PT Kayan Patria Propertindo (KPP).

Tahun 2022, tidak lama setelah groundbreaking, pembangunan kawasan industri Bulungan-Kaltara, sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) itu terus dikebut.

Beberapa negara yang sudah menyatakan minat berinvestasi di KIPI, antara lain China, Uni Emirat Arab (UEA), Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa. Dan pada Juli 2021, minat investasi ke kawasan industri itu datang bertubi-tubi. (*)