HABIB yang satu ini sangat terkenal di seantero negeri. Sudah puluhan tahun berdakwah, dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

Habib ini, juga terkenal sebagai sosok yang sederhana, tetapi berjiwa sosial yang sangat tinggi.

Banyak yang mengenal beliau dengan nama Habib Abubakar. Murid-muridnya menyapanya dengan sebutan Abuya. Nama lengkapnya, Habib Abubakar bin Hasan Alattas Az Zabid.

Perjalanan dakwah Abuya setelah ia memperdalam ilmu agama di tiga kota, yaitu di Makkah, Tarim, dan Kairo.

Setelah itu, Abuya kembali ke Indonesia, dan memulai perjalanan dakwahnya. Papua, menjadi daerah pilihan Abuya. Tidak sedikit ujian, tantangan, dan ancaman yang ia terima selama di Papua.

Lima tahun di Papua, Abuya pindah ke Ternate. Enam tahun kemudian, Abuya melanjutkan dakwah ke Ambon, balik lagi ke Ternate, selanjutnya ke Makassar.

Kemudian Abuya menyeberang lagi ke Kalimantan, dan selanjutnya sampai sekarang berdomisili di Tanah Baru, Kota Depok, Jawa Barat.

Masyarakat tempat di mana Abuya menetap, pasti sangat menyegani dan menyayanginya. Karena dakwahnya, tidak sekadar mengajarkan pengetahuan agama, tetapi juga banyak membantu umat.

Ada yang mendapatkan modal usaha, yang mendapat bantuan beras dan banyak bantuan lainnya yang mereka terima dari Abuya.

Abuya memang terkenal sebagai sosok Habib yang sederhana, dan memiliki jiwa sosial yang tinggi.

Sultan Tidore Husain Alting Syah menilai, Abuya adalah sosok yang tidak bisa diukur dengan materi apapun.

“Dalam sehari saja, Habib Abubakar itu memberikan makan ribuan orang,” kata Sultan Tidore.

Lantaran itu, Sultan Tidore lantas mengukuhkan Habib Abu Bakar bin Hasan Alattas Az Zabidi, sebagai Mufti Besar Kesultanan Moloku Kie Raha.

Dalam setiap bulannya, Abuya mengirim puluhan ton beras ke berbagai penjuru Indonesia, untuk membantu kaum dhu’afa.

Setiap pengajian di kediamannya, semua jamaahnya mendapat makan. Makanan itu dibeli dari tetangga sekitar. Biayanya, tentu saja dari kocek Abuya sendiri.

Dan karena itulah, banyak orang yang mencintai Abuya, karena kemurahan hatinya.

Habib kelahiran 14 Juni 1975 ini, tak pernah mempublikasikan atau membuat poster dan spanduk ihwal pengajiannya.

Ia yakin, Allah Subhanahu Wata’ala akan menggerakkan hati setiap orang yang ikhlas, untuk mengaji.

Rendah hati dan tidak mau menonjolkan diri, itulah ciri Habib Abubakar, yang sudah kenyang dengan asam garam perjuangan dan cobaan dakwah.

Habib Abubakar Alattas mengatakan, tanda majelis yang berkah, adalah dengan kuatnya keinginan jamaah untuk selalu hadir dan mendapatkan ilmu.

Menurut Abuya, zaman sekarang ini, sudah semakin banyak masalah. Lantaran itu, umat tidak hanya butuh ulama, yanh hanya mampu berkhutbah atau ceramah.

“Umat butuh ulama yang bisa membuat tenang dan damai,” kata Abuya.

“Umat juga butuh ulama, yang mampu membedakan dan mengamalkan, mana yang halal, makruh, syubhat dan haram,” tandasnya. (*)