PARIGI, KAIDAH.ID – Sekretaris Daerah Kabupaten Parigi Moutong Zulfinasran, hadir pada acara Lebaran Ketupat, sekaligus bersilaturahmi dengan warga di Kelurahan Bantaya, Parigi, Rabu, 17 April 2024.

Sekda Zulfinasran mengatakan, Lebaran Ketupat merupakan salah satu budaya yang harus dilestarikan, karena bernilai positif.

“Tradisi ini ini menjadi aset budaya yang harus dilestarikan, karena bisa dimanfaatkan juga sebagai sarana untuk saling memaafkan dalam suasana Hari Raya Idul Fitri,” kata kata Sekda.

Dia berharap, Lebaran Ketupat ini, terus digelar secara rutin setiap tahun setelah Hari Raya Idul Fitri.

“Sambutan masyarakat di Parigi Moutong dan sekitarnya sangat luar biasa. Warga keturunan Gorontalo di Bantaya sebagai tuan rumah, dengan ramah menyediakan aneka ragam makanan dan melayani tamu dengan berbagai latar belakang sosial, agama, suku, dan ras,” kata Zulfinasran.

SEJARAH LEBARAN KETUPAT

Perayaan Lebaran Ketupat dikenal juga dengan Lebaran Sunnah. Itu merupakan tradisi di Gorontalo. Pertama kali digelar oleh masyarakat keturunan Jawa-Tondano (Jaton), sejak kedatangan mereka pada tahun 1909. Mereka–transmigran dari Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara –pada saat itu tersebar di Desa Kaliyoso, Reksonegoro, Mulyonegoro, dan Yosonegoro, Kabupaten Gorontalo.

Orang-orang Jaton itu adalah keturunan Kiai Modjo, yang diceritakan sempat diasingkan Belanda ke Minahasa. Sebelum akhirnya mereka menyebar di Gorontalo, dan mengenalkan budaya Lebaran Ketupat atau Hari Raya Sunnah.

Sebelum merayakan Lebaran Sunnah, masyarakat Jaton akan berpuasa sunnah Syawal selama enam hari setelah Idul Fitri. Puncaknya, mereka akan membawa makanan ke masjid untuk didoakan, lalu dimakan bersama. Ada juga acara silaturahmi dengan masyarakat sekitar.

Masyarakat di Gorontalo juga mengikuti tradisi itu dari masyarakat Gorontalo keturunan Jawa. Saat ini, beberapa wilayah yang ada di Gorontalo juga ikut menggelar Lebaran Sunnah itu. Maka tak heran, di mana daerah ada warga keturunan Gorontalo, pasti mereka mengadakan lebaran sunnah itu. (*)

Editor: Ruslan Sangadji