PALU – PT Trinitan Metals and Minerals Tbk bekerjasama dengan PT Bangun Palu Sulawesi Tengah (BPST), akan membangun pabrik smelter nikel di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu.

Kepastian pembangunan smelter itu setelah pihak direksi perusahaan itu menandatangan nota kesepakatan bersama PT BPST dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah pada 16 September 2020.

Direktur Utama Trinitan Metals and Minerals, Petrus Tjandra mengatakan, pihaknya  akan membangun pabrik smelter nikel seluas 200 hektare di dalam KEK Palu, namun pada tahap awal akan dibangun di atas areal seluas 10 hektare.

“Rencana ground breaking dilaksanakan pada 28 Oktober 2020 dan pembangunannya rampung pada  Oktober 2021,” kata Petrus Tjandra.

DIpilihnya KEK Palu, kata Petrus Tjandra, karena posisi Palu itu lebih dekat dengan banyak konsumen untuk ekspor ke China, Jepang, atau Korea. Lokasi KEK sangat strategis untuk ekspor sehingga pihak PT Trinitan Metals dan Minerals  berharap dapat memangkas biaya logistik dan produksi.

Operasional pabrik tersebut, nantinya akan memanfaatkan teknologi hidrometalurgi Step Temperatur Acid Leach (STAL) yang tengah dikembangkan oleh perseroan.

Hidrometalurgi adalah teknologi memurnikan logam dengan metode kimia yang efisien dan ramah lingkungan. Teknologi itu diklaim perseroan dapat mengolah bijih nikel laterit berkadar rendah menjadi nikel cobalt atau logam nikel murni kelas satu.

Manajemen PT Trinitan Metals and Minerlas, Tbk yang berkode PURE itu menilai teknologi STAL dapat menekan biaya investasi dibandingkan dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) atau pemurnian nikel yang saat ini banyak dilakukan oleh penambang lain.

Kalau HPAL itu investasi minimal US$1-2 juta, sedangkan dengan teknologi hidrometalurgi sekitar 70-80 persen lebih murah daripada itu. Dengan demikian, dengan investasi lebih murah dan tepat guna sehingga kami akan jadi perusahaan yang paling menguntungkan,” kata Petrus Tjandra.

Untuk bahan baku nikel itu, perusahaan tersebut akan menggunakan nikel kadar rendah. Lantaran itu, pihak perusahaan juga akan bekerjasama dengan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) untuk mendapatkan nikel kadar rendah dimaksud.

Untuk menunjukan keseriusan perusahaan tersebut, PURE, APNI dan Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola telah bertemu dan berdiskusi panjang pada Kamis, 24 September 2020 lalu di Jakarta.

“Benar, kami sudah bertemu dengan Gubernur,” kata Sekretaris Jenderal APNI, Meidy Katrin Pangkey, Sabtu 26 September 2020 siang.

Dalam waktu dekat ini, kata diatim teknis PURE akan segera ke Palu untuk memulai aktivitasnya di KEK Palu.

Direktur Utama PT BPST, Andi Mulhanan Tombolotutu mengatakan, pihaknya telah berkomunikasi dengan pihak PURE terkait beberapa hal teknis untuk memulai pembangunan pabrik di KEK Palu itu. *