Sorak sorai bergema di Ramallah dan Gaza. Bendera Palestina berkibar di jalan-jalan sempit, anak-anak menari di antara reruntuhan, dan orang-orang tua meneteskan air mata.

Bagi mereka, pengakuan dunia bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan baru menuju kehidupan yang damai.

Seorang pemuda di Gaza menuliskan kalimat sederhana di dinding rumahnya yang hancur: “Hari ini dunia akhirnya mendengar suara kami.” Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah panjang penuh luka, dunia tidak hanya mendengar, tapi juga mengakui.

INDONESIA DAN SUARA GLOBAL SOUTH

Dalam pusaran sejarah yang tengah ditulis di New York, Indonesia pun mengambil tempatnya. Kementerian Luar Negeri memastikan, Presiden Prabowo Subianto mendapat giliran berpidato pada urutan ketiga dalam sesi General Debate Sidang Majelis Umum PBB, 23 September 2025.

Presiden Prabowo yang selalu tegas mendukung kemerdekaan Palestina ini, akan naik podium setelah Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Momentum ini dipandang penting, karena untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir, seorang Presiden RI kembali menyampaikan pidato langsung di forum Majelis Umum PBB.

Dirjen Kemlu menegaskan, Prabowo akan menggunakan kesempatan ini untuk mendorong implementasi visi Asta Cita sekaligus menyuarakan reformasi sistem multilateral yang lebih adil.

“Presiden akan menekankan dorongan peranan yang lebih penting bagi negara-negara global south,” katanya.

Presiden Prabowo telah berangkat ke New York pada Jumat, 19 September 2025 malam, namun akan berkunjung terlebih dahulu di Osaka, Jepang. Kehadiran Presiden di Osaka ini menjadi penting, karena Jepang meski mendukung Deklarasi New York, tapi masih menunda mengumumkan secara resmi.

Menteri Luar Negeri, Sugiono mengatakan, tema sidang umum PBB yang ke-80 tahun ini adalah “Better Together, Eighty Years and More for Peace, Development and Human Rights.”

Menurutnya, tema ini merupakan satu titik upaya memperbarui kembali semangat multilateralisme di tengah situasi dan kondisi global saat ini.

Salah satu isu utama dalam sidang PBB tahun ini, adalah tindak lanjut dari pengesahan Deklarasi New York mengenai solusi damai Palestina-Israel.

Indonesia telah menegaskan posisinya. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri II, Vahd Nabyl A. Mulachela, menyatakan, pengakuan global terhadap Palestina sangat penting, agar rakyatnya memiliki posisi setara dalam proses perdamaian.

“Indonesia akan terus berkoordinasi dengan negara-negara sahabat dan organisasi internasional untuk memperkuat status kenegaraan Palestina,” katanya.

Komitmen ini bukan hal baru. Pada Konferensi Tingkat Menteri Luar Biasa OKI, 25 Agustus lalu, Indonesia berdiri teguh bersama negara-negara Islam menolak keras rencana Israel menganeksasi Gaza dan melakukan pendudukan permanen.

Bagi Jakarta, isu Palestina adalah ujian moral dan politik global: apakah dunia mampu menegakkan keadilan bagi bangsa yang terlalu lama dikebiri hak-haknya.

Dengan demikian, kehadiran Presiden Prabowo di New York bukan hanya soal protokoler internasional. Ia menjadi simbol bagaimana Indonesia, dengan visi Asta Cita, hendak menempatkan diri sebagai suara moral global south, memperjuangkan dunia yang lebih setara, dan mendesakkan agar Palestina memperoleh haknya sebagai sebuah bangsa merdeka. (*)