JAKARTA, KAIDAH.ID – Bahlil Lahadalia mengumumkan komposisi Pengurus DPP Partai Golkar Periode 2024-2029. Dari nama-nama yang disebutkan, didominasi anak muda.

Berikut profil singkat masing-masing pengurus yang diumumkan Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia:

  1. Wakil Ketua Umum, Adies Kadir.

Ia adalah Ketua Umum Ormas MKGR periode 2020–2025. Di DPP Partai Golkar sebelumnya, Adies menjabat sebagai ketua bidang hukum.

Adies Kadir yang lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur pada 17 Oktober 1968. Ia adalah anggota DPR dua periode dari Dapil Jawa Timur I.

  1. Wakil Ketua Umum Ace Hasan Syadzily

Anggota DPR asal Jawa Barat ini kelahiran 19 September 1976. Ia merupakan keturunan kesembilan Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten.

Ace mulai mengenal dunia politik sejak menjadi mahasiswa. Saat kuliah, ia aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Ketua Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan sejak 1997 sampai 1998.

Alumni Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta ini, juga aktivis NU. Ia pernah menjadi Ketua GP Ansor 2010-2015.

Ace Hasan Syadzily mulai bergabung dengan Partai Golkar pada 2004. Pernah menjadi Wakil Sekjen MKGR (2015), Ketua DPP AMPI.

Pada masa Airlangga Hartartato memimpin Partai Golkar,Ace ditetapkan menjabat sebagai ketua bidang kerohanian.

  1. Wakil Ketua Umum Melki Laka Lena

Pria bernama lengkap Emanuel Melkiades Laka Lena ini kelahiran Nusa Tenggara Timur 10 Desember 1976. Saat ini sebagai anggota DPR sebagai Wakil Ketua Komisi Komisi IX.

Pernah menjadi PNS selama lima tahun, kemudian melanjutkan pendidikan Profesi Farmasi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan menyelesaikannya pada tahun 2002 dengan gelar Sarjana Apoteker.

Sebagai mantan Sekretaris Jenderal PMKRI, ia mengajukan pengunduran diri dari PNS dan memilih habitat baru dalam dunia politik Partai Golkar. Pada periode 2005-2009, Melki menjabat sebagai anggota tim khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Kemudian, sebagai tenaga ahli Ketua Fraksi Partai Golkar DPR RI, namanya semakin bersinar di dunia politik Provinsi NTT. Pada tahun 2012, Melki maju sebagai Calon Wakil Gubernur dari Partai Golkar bersama Ibrahim Agustinus Medah sebagai Calon Gubernur yang berhasil memenangkan Frans Lebu Raya-Benny Litelnoni.

  1. Wakil Ketua Umum Wihaji

Ia lahir di Sragen, Jawa Tengah pada 22 Agustus 976. Pernah menjabat sebagai Bupati Batang 2017-2022. Wihaji merupakan cucu dari salah satu Abdi Dalem Magkunegaran Solo.

Wihaji berlatar belakang seorang guru, karena ia adalah alumni Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga. Di partai, Wihaji menjabat sebagai Ketua Harian Golkar Jawa Tengah dan kini ditetapkan oleh Bahlil Lahadalia menjadi wakil ketua umum.

Selama masa studinya, Wihaji dikenal aktif menjadi pemimpin berbagai organisasi. Bahkan dia pernah menjadi Ketua Kelompok Studi Mahasiswa Fakultas (KSMF), yang pada waktu itu sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan intelektual bagi mahasiswa.

Setelah menyelasaikan studi S1-nya, Wihaji hijrah ke Jakarta dan tetap beraktivitas di organisasi mahasiswa. Pada tahun 2008 dirinya berhasil menyelsaikan program studi S2 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), jurusan Manajemen Lingkungan.

  1. Sekretaris Jenderal M Sarmuji

adalah Anggota DPR RI periode 2014-2019 dari Partai Golongan Karya. Terpilih pada usia 40 tahun dari Daerah Pemilihan (dapil) Jatim VI.

Sarmuji memulai perjalanan politiknya dengan menjadi anggota dari organisasi sayap Partai Golkar yaitu Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG). Sarmuji sempat menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jendral AMPI dari 2003-2008 dan menjadi Sekretaris Jenderal DPP AMPG dari 2010. Sebelumnya Sarmuji adalah koordinator Staf Ahli fraksi partai Golkar DPR-RI.

Lahir di Surabaya, Jawa Timur, Sarmuji menempuh pendidikan dari SD hingga SMA di Kota Surabaya. Setelah lulus dari SMA, ia masuk ke Universitas Jember, Jember, pada 1992. Di kampus ini ia belajar di Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi hingga lulus pada 2000.

Sarmuji melanjutkan pendidikannya di Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan meraih gelar master bidang administrasi bisnis pada 2006.

Kiprah Sarmuji di kancah politik dimulai di organisasi gerakan mahasiswa. Ia bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), karier terakhir di HMI adalah Ketua Bidang PPN Pengurus Besar HMI 2000-2022.

  1. Bendahara Umum Sari Yuliati

Perempuan kelahiran Jakarta, 2 Juni 1976 ini adalah anggota DPR periode 2019–2024. Ia mewakili daerah pemilihan Nusa Tenggara Barat II.

Pada kepengurusan DPP Golkar sebelumnya, Sari Yuliati menjabat sebagai wakil bendahara umum. Tapi pernah pula menjadi Bendahara Umum Golkar kubu Agung Laksono (2014-2016).

Karir politiknya dimulai ketika dipercaya menjadi Bendahara Angkatan Muda Partai Golkar atau AMPG pada periode kepengurusan tahun 2004 sampai 2009. Setelahnya, Sari Yuliati benar-benar berfokus mengembangkan karir politik di Partai Golkar. Ibu dua anak ini kemudian pernah pula menjabat sebagai Anggota pada Bidang Kaderisasi DPP Partai Golkar di tahun 2009 sampai 2014.

Lalu Bendahara LPK Partai Golkar pada periode 2009 sampai 2014. Pernah pula menjabat sebagai Bendahara Umum DPP Partai Golkar kepengurusan Munaslub Ancol di periode 2014 sampai 2016.

Sari Yuliati juga pernah menjabat sebagai Wasekjen DPP Partai Golkar di periode 2016 sampai 2017. Wabendum Korbid Indonesia Timur DPP Partai Golkar dan Wabendum PP DPP Partai Golkar di periode kepengurusan 2019 sampai 2019. Hingga akhirnya ia diberi amanah lain, yakni sebagai ketua Korwil Provinsi NTB DPP Golkar juga di periode kepengurusan 2017 sampai 2019.

Di Pemilu 2019, bekal dari latar belakang politiknya yang mentereng di Partai Golkar, Sari Yuliati maju sebagai Caleg DPR RI dari Partai Golkar di Dapil NTB II.

Mewakili kaum perempuan, Sari Yuliati yang bergelar insinyur, punya magnet tersendiri. Ia merepresentasikan semangat kaum perempuan, yang maju, cerdas dan berwawasan luas. Tak kalah dari kaum lelaki. Dalam kampanyenya, ia mampu menggelorakan semangat para ibu-ibu hingga millennials NTB. Sari Yuliati pun berhasil terpilih setelah memperoleh 82.803 suara.

Di DPR RI oleh Fraksi Partai Golkar, Sari Yuliati diberi amanah untuk duduk di Komisi III DPR yang membidangi permasalahan terkait Hukum, HAM dan Keamanan. Di komisi ini, Sari Yuliati dikenal lugas menyuarakan aspirasi publik terkait isu hukum dan keamanan utamanya HAM.

  1. Wasekjen Puteri Komaruddin

Ia adalah alumni Universitas Melbourne ini bernama lengkap Puteri Anetta Komarudin. Ia lahir di Bandung 21 Agustus 1993. Saat ini menjabat sebagai Anggota DPR sejak 2019 mewakili daerah pemilihan Jawa Barat VII.

Puteri merupakan kader Partai Golongan Karya dan duduk di Komisi XI. Ia juga menjadi bagian dari Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) dengan jabatan sebagai Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR dengan Parlemen Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Puteri juga terpilih sebagai Perwakilan Regional Grup Asia Pasifik pada Biro Parlemen Perempuan Inter-Parliamentary Union (IPU) periode 2021–2025.

Sebagai politisi perempuan muda, Puteri Komarudin menginisiasi terbentuknya Kaukus Pemuda Parlemen Indonesia (KPPI) dan ia menjadi ketuanya.

Puteri tak pernah lelah berkiprah di berbagai kegiatan prestisius seperti Y20. Ia merupakan Ketua Delegasi Indonesia untuk Y20 Italia 2021. Ia juga memperoleh predikat Top 6 Lulusan Young Leaders of Indonesia (YLI) Wave 7 yang diselenggarakan oleh McKinsey Indonesia.

Sebelum menjadi politisi, Puteri berkarier sebagai Pengawas Bank Asing di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan hingga pada 2018 memutuskan untuk terjun ke politik.

  1. Wakil Bendahara Dyah Roro Esti

Dyah Roro Esti Widya Putri ini kelahiran Bandung, 25 Mei 1993. Saat ini menjabat menjabat sebagai anggota DPR dari Dapil Jawa Timur X sejak tahun 2019.

Anggota Partai Golkar ini juga menjabat sebagai Wakil Bendahara Umum Golkar dan anggota Komisi VII dengan ruang lingkup tugas di bidang Energi, Riset dan Teknologi, serta Industri.

Dyah Roro Esti bersekolah di SD Marshall Road, Dwight School London, Global Jaya School, Beijing International School, Ho Chi Minh City International School, dan Jakarta International School sebelum melanjutkan ke universitas.

Esti kemudian kuliah dan lulus dari Universitas Manchester, dengan gelar sarjana Ekonomi dan Sosiologi. Setelah menyelesaikan studi sarjananya, Esti juga mengikuti dan menyelesaikan kursus tingkat pascasarjana di Universitas Harvard. (*)

Editor: Ruslan Sangadji