اِنَّ اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْـًٔا وَّلٰكِنَّ النَّاسَ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ
Artinya: Sesunggunya Allah tidak menzalimi manusia sedikitpun, tetapi manusia itulah yang menzalimi diri sendiri (QS Yunus: 44)
PERASAAN dizalimi, merupakan pengalaman yang kerap dialami banyak orang. Namun, pernahkah kita merenung, siapa sebenarnya yang paling sering menzalimi diri kita? Jawabannya sangat mengejutkan, yaitu “diri kita sendiri”.
Pikiran yang terbelenggu oleh rasa dizalimi, dapat menjadi musuh terbesar dalam hidup kita, menghalangi kebahagiaan yang sejati.
Maka, tulisan ini, akan mengulik bagaimana cara mengatasi perasaan tersebut, dengan cinta dan ketulusan sebagai senjata utama.
PIKIRAN: KAWAN ATAU LAWAN?
Ketika kita merasa dizalimi, ada kecenderungan untuk menyalahkan orang lain, atau situasi di luar diri kita. Namun, penting untuk menyadari, sering kali perasaan tersebut, muncul dari cara kita memandang dan menafsirkan situasi.
Pikiran kita, bisa menjadi kawan yang membantu kita bertumbuh, atau lawan yang menjebak kita dalam lingkaran negativitas.
Perasaan dizalimi, dapat menjadi beban berat jika terus-menerus dipelihara. Pikiran yang terfokus pada rasa sakit dan ketidakadilan, hanya akan memperparah luka batin, membuat kita terjebak dalam perasaan negatif.
Inilah bentuk dzalim terhadap diri sendiri, yang sering kali tidak disadari oleh setiap orang.
BERJUANG DENGAN CINTA DAN KASIH SAYANG
Untuk melepaskan diri dari belenggu perasaan dizalimi, kita perlu mengganti pola pikir tersebut, dengan persepektif yang lebih positif dan membangun. Salah satu cara yang paling efektif, adalah dengan berjuang menggunakan cinta, kasih sayang, dan ketulusan.
Cinta dan kasih sayang, adalah kekuatan yang luar biasa. Ketika kita memilih untuk menghadapi dunia dengan hati yang penuh cinta, kita menciptakan ruang bagi penyembuhan dan kedamaian.
Alih-alih terjebak dalam dendam atau keinginan untuk membalas, kita bisa memfokuskan energi kita, pada hal-hal yang membangun dan bermanfaat.
HINDARI FITNAH DAN NIAT MENJATUHKAN
Dalam setiap perjuangan, godaan untuk menggunakan cara-cara yang tidak sehat, seperti fitnah atau upaya menjatuhkan orang lain, bisa saja muncul. Namun penting untuk diingat, Tindakan seperti ini, hanya akan menambah beban negatif pada diri sendiri, dan merusak integritas kita.
Berjuang dengan cara yang bersih dan tulus, akan memberikan kepuasan yang jauh lebih besar, karena kemenangan yang diraih dengan cara-cara yang baik, adalah kemenangan sejati.
Ketulusan dalam tindakan dan niat, adalah pondasi yang kokoh dalam setiap perjalanan hidup.
KEKUATAN DARI KETULUSAN HATI
Ketulusan hati, adalah kekuatan yang tak terkalahkan. Ketika kita berjuang dengan niat yang murni, dan hati yang bersih, kita tidak hanya membebaskan diri dari perasaan negatif, tetapi juga menarik energi positif ke dalam hidup kita.
Ketulusan menciptakan harmoni dalam hubungan, membawa kedamaian, dan memungkinkan kita, untuk menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan.
Perjuangan yang dilandasi oleh cinta, kasih sayang, dan ketulusan, tidak hanya mengubah cara kita melihat dunia, tetapi juga mengubah dunia di sekitar kita. Kebaikan hati memancarkan cahaya, yang bisa menerangi jalan, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain.
Lantaran itu, merasa dizalimi adalah bagian dari perjalanan hidup, tetapi bagaimana kita merespons perasaan tersebut. adalah pilihan kita.
Dengan mengganti rasa sakit dengan cinta, dendam dengan kasih sayang, dan ketulusan, kita tidak hanya membebaskan diri dari belenggu negativitas, tetapi juga menciptakan hidup yang lebih damai dan penuh makna.
Ingatlah, dalam setiap perjuangan, beramal dengan kebaikan hati, adalah kekuatan yang sesungguhnya, yang akan selalu membawa kita menuju kemenangan yang hakiki.
Wallahu A’lam
Editor: Ruslan Sangadji
Tinggalkan Balasan