Oleh: Ahmad Rifai – Wasekjen IKDST/Mahasiswa Pascasarjana IPB

IBU KOTA NEGARA (IKN) Nusantara, adalah gagasan besar yang lahir dari kebutuhan, untuk menjawab tantangan masa depan Indonesia.

Proyek monumental ini, bukan sekadar perpindahan pusat pemerintahan dari Jakarta ke Kalimantan Timur, tetapi juga merupakan visi menciptakan kota modern, berkelanjutan, dan inklusif, yang akan menjadi pusat pertumbuhan baru bagi seluruh rakyat Indonesia.

IKN Nusantara, dibangun untuk seluruh masyarakat Indonesia. Pemindahan ibu kota ini, bertujuan untuk memastikan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak lagi terpusat di Pulau Jawa, melainkan tersebar merata ke seluruh penjuru negeri.

Dengan kehadiran IKN di Kalimantan Timur, daerah-daerah di luar Jawa, seperti Sulawesi hingga Papua, diharapkan dapat merasakan dampak positif yang signifikan. IKN Nusantara dirancang untuk melayani seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, tanpa terkecuali.

IKN juga dirancang, untuk generasi mendatang dengan konsep keberlanjutan. Kota ini mengusung prinsip ramah lingkungan, menggunakan energi terbarukan, memiliki ruang hijau yang luas, serta tata kota yang modern dan efisien. Ini adalah jawaban atas kebutuhan masa depan yang lebih bersih dan hijau. Teknologi dan alam dapat berjalan harmonis.

Selain itu, IKN Nusantara menjadi peluang besar bagi pelaku usaha, investor, dan inovator. Kota ini diharapkan menjadi pusat baru inovasi, teknologi, dan bisnis yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Infrastruktur canggih dan perencanaan kota yang modern, menawarkan peluang investasi dan pengembangan sektor-sektor industri baru yang berkelanjutan.

IKN juga sangat memperhatikan masyarakat adat dan lingkungan sekitar. Pembangunan ini melibatkan masyarakat lokal, dan memastikan pelestarian budaya, serta keseimbangan ekosistem di Kalimantan Timur. Pemerintah berkomitmen, menjadikan proyek ini sebagai contoh harmoni antara manusia dan alam.

Tentu, tantangan besar di Kalimantan Timur, terutama terkait kesiapan pangan, harus diatasi. Pada tahun 2017, kebutuhan beras di Kalimantan Timur mencapai 407.602 ton, dengan konsumsi per kapita sekitar 114 kilogram per tahun.

Pada 2019, angka konsumsi beras per kapita di Kalimantan Timur, mencapai 89,5 kilogram per tahun, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sebesar 81,60 kg per tahun.

Dengan perkiraan populasi Kalimantan Timur, yang meningkat dari 3,7 juta jiwa pada 2019 menjadi 5,3 juta jiwa pada 2025, ketika IKN sepenuhnya operasional, defisit produksi beras diperkirakan akan terus terjadi hingga 2032, dengan rata-rata defisit mencapai -528.826,11 ton per tahun. Pada 2023, produksi beras lokal diperkirakan hanya 125,23 ribu ton.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah setempat terus meningkatkan persediaan pangan, dengan memperluas lahan untuk tanaman palawija, seperti jagung dan ubi kayu, serta mengajak masyarakat untuk mengurangi ketergantungan pada beras sebagai makanan pokok. Kebijakan intensifikasi lahan sawah dan perluasan areal tanam padi juga diharapkan dapat meningkatkan produksi padi lokal.

Selain itu, ada sekitar 6.774 ASN yang akan dipindahkan ke IKN. Jika mereka telah berkeluarga dengan satu anak, maka diperkirakan ada sekitar 20.322 orang yang akan tinggal di IKN.

Ini menjadi peluang besar, bagi daerah-daerah terdekat seperti Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, untuk ikut andil dalam memenuhi kebutuhan pangan di ibu kota baru tersebut.

Pengalaman serupa juga terlihat di Malaysia, ketika ibu kota administratif dipindahkan, dari Kuala Lumpur ke Putrajaya pada akhir 1990-an. Sumber pangan Putrajaya sebagian besar dipasok dari daerah sekitarnya, seperti Selangor dan Negeri Sembilan.

Kedekatan geografis, memudahkan distribusi bahan pangan ke Putrajaya, dan skenario ini sangat mirip dengan hubungan geografis antara IKN dan Sulawesi Tengah yang berdekatan, hanya berjarak 548 kilometer atau 441 kilometer dari Kota Palu, jika ditarik garis lurus.

Dengan potensi ini, Sulawesi Tengah memiliki peluang untuk naik kelas, dengan menjadi pemasok utama kebutuhan pangan dan berbagai komoditas lain untuk IKN. Daerah ini bisa mengambil peran penting sebagai produsen, bukan hanya sebagai konsumen.

Negara-negara maju seperti Tiongkok, berhasil meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan menjadi produsen aktif di berbagai sektor, dan Sulawesi Tengah juga bisa mengikuti langkah serupa.

Pemimpin yang berbicara tentang kesiapan daerah, untuk menjemput peluang dari IKN, adalah sosok yang mampu melihat jauh ke depan dan menginginkan kemajuan bagi daerahnya. Pemimpin seperti ini akan mengangkat Sulawesi Tengah ke tingkat yang lebih tinggi, menjadikan rakyatnya bagian dari pertumbuhan ekonomi nasional. (*)

Editor: Ruslan Sangadji