PALU, KAIDAH.ID – Setelah lebih dari empat tahun berjalan, program Central Sulawesi Rehabilitation and Reconstruction Project (CSRRP) resmi ditutup pada akhir 2024.
Program ini menjadi bukti nyata upaya pemerintah untuk membangun kembali wilayah Sulawesi Tengah yang terdampak gempa, tsunami, dan likuefaksi pada 2018 silam.
Dengan anggaran mencapai Rp1,99 triliun, CSRRP tidak hanya memperbaiki kerusakan, tetapi juga menciptakan infrastruktur yang lebih tangguh dan ramah lingkungan.
Ketua Satgas Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pascabencana, Arie Setiadi Moerwanto, menegaskan proyek ini mengusung prinsip Build Back Better.
“Kami tidak hanya memulihkan, tetapi juga meningkatkan ketahanan dan kualitas infrastruktur. Proyek ini menjadi investasi untuk masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan,” jelasnya pada konferensi pers penutupan proyesk CSRRP, Kamis, 12 Desember 2024, di Palu.
HASIL GEMILANG DI TIGA WILAYAH UTAMA
CSRRP mencakup tiga wilayah terdampak paling parah, Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala. Kota Palu menerima alokasi dana terbesar, yaitu 69,9% dari total anggaran, mengingat skala kerusakan yang luar biasa.Kabupaten Sigi dan Donggala masing-masing mendapatkan 15,2% dan 14,8%.
Dari semua itu, menurut Arie Setiadi, telah melahirkan beberapa capaian utama CSRRP, yaitu:
- Pembangunan 3.880 unit hunian tetap yang dirancang tahan gempa dan ramah lingkungan.
- Rekonstruksi fasilitas publik, termasuk 17 sekolah, satu universitas, dan tujuh fasilitas kesehatan.
- Pengembangan infrastruktur lingkungan seperti drainase, ruang terbuka hijau, dan jalan permukiman sepanjang 51 kilometer.
- Pemasangan 1.000 titik penerangan jalan umum, meningkatkan rasa aman dan aksesibilitas masyarakat.
Di tingkat lokal, 27 desa dan kelurahan juga mendapatkan infrastruktur skala lingkungan yang membantu menciptakan lingkungan hidup yang lebih sehat dan nyaman.
RESPON MASYARAKAT: TINGKAT KEPUASAN TINGGI
Menurut hasil Evaluation Study Consultant (ESC), lebih dari 90% penerima manfaat merasa puas dengan hasil program. Hunian tetap yang diberikan tidak hanya menyediakan tempat tinggal, tetapi juga mengembalikan martabat dan rasa aman bagi korban bencana.
“CSRRP bukan sekadar membangun rumah, tetapi juga membangun harapan. Kami bersyukur dapat kembali hidup dengan lebih baik,” kata seorang penerima manfaat di Palu.
Program ini dijalankan dengan lima prinsip Utama, yaitu ketahanan bencana, ramah lingkungan, aksesibilitas, responsif gender, dan keberlanjutan.
Pendekatan ini memastikan, semua lapisan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas dan kelompok rentan, mendapatkan manfaat dari proyek ini.
“Fasilitas yang kami bangun tidak hanya lebih kokoh, tetapi juga inklusif. Semua orang, tanpa kecuali, dapat merasakan manfaatnya,” tambah Arie.
HARAPAN BARU PASCA-CSRRP
Penutupan CSRRP bukanlah akhir dari perjalanan pemulihan Sulawesi Tengah. Pemerintah daerah kini memiliki tanggung jawab untuk memastikan, infrastruktur yang telah dibangun tetap terawat dan berfungsi optimal.
Dukungan masyarakat, kelembagaan yang kuat, dan sumber daya manusia yang kompeten menjadi kunci untuk melanjutkan keberhasilan ini.
Sulawesi Tengah kini berdiri sebagai simbol kebangkitan dan ketangguhan pascabencana. Dengan semangat dan kolaborasi yang telah terbukti, wilayah ini siap menghadapi masa depan yang lebih cerah, lebih tangguh, dan lebih penuh harapan.
“Bencana tahun 2018 menjadi ujian berat, tetapi kita telah membuktikan bahwa dengan kerja keras dan solidaritas, kita mampu bangkit lebih kuat,” tutup Arie dengan optimisme. (*)
Editor: Moch. Subarkah
Tinggalkan Balasan