PALU, KAIDAH.ID – Jika Anda melintas di Jalan S. Parman, Palu, terutama di akhir pekan atau malam hari, mungkin Anda akan melihat sebuah mobil dinas yang terparkir di halaman Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah. Mobil itu bukan sekadar terparkir sembarangan—di balik keberadaannya ada pesan moral yang dalam.
Muhammad Nenk, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah, memilih untuk tidak membawa pulang mobil dinasnya ke rumah.
Alasannya sederhana namun penuh makna: mobil dinas adalah fasilitas negara, yang semestinya digunakan hanya untuk kepentingan pekerjaan, bukan kebutuhan pribadi.
“Saya punya mobil pribadi di rumah, jadi tidak ada alasan untuk menggunakan mobil dinas di luar urusan kerja. Mobil ini milik pemerintah dan harus saya manfaatkan sesuai peruntukannya,” ujar Muhammad Nenk kepada kaidah.id.
Keputusan ini menunjukkan sikap integritas Muhammad Nenk yang patut diapresiasi. Di tengah isu penggunaan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi yang sering menjadi sorotan, langkah ini justru membawa angin segar dan menjadi teladan bagi banyak pihak, khususnya di lingkungan pemerintahan.
Menurut Muhammad Nenk, membawa mobil dinas ke rumah, apalagi memanfaatkannya untuk urusan keluarga atau rekreasi, adalah hal yang tidak sesuai dengan amanah jabatan. Baginya, menjadi pejabat adalah soal memberi teladan yang baik kepada masyarakat.
BUKAN HANYA KEBIASAAN, TAPI PRINSIP HIDUP
“Bagi saya, integritas itu dimulai dari hal-hal kecil. Mobil dinas adalah fasilitas kerja, dan saya ingin memastikan bahwa apa yang saya gunakan benar-benar sesuai aturan,” tambahnya.
Sikap ini tidak hanya diapresiasi oleh kolega di instansi pemerintahan, tetapi juga oleh masyarakat umum. Warga sekitar Jalan S. Parman bahkan mulai menjadikan kebiasaan Muhammad Nenk sebagai bahan obrolan positif.
“Langkah kecil seperti ini menunjukkan kejujuran yang besar. Banyak pejabat yang merasa biasa saja menggunakan mobil dinas untuk kepentingan pribadi, tapi Pak Nenk justru membuktikan bahwa prinsip lebih penting daripada kenyamanan,” kata seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
SOSOK SEDERHANA YANG BERANI BERBEDA
Muhammad Nenk bukanlah tipikal kepala dinas yang gemar menonjolkan diri. Kesederhanaannya terlihat tidak hanya dalam cara ia menjalankan tugas, tetapi juga dalam caranya membangun kepercayaan masyarakat.
Mobil dinas yang terus terparkir rapi di kantor seolah menjadi simbol pengingat bagi setiap orang yang melintas, bahwa kejujuran dan tanggung jawab dimulai dari diri sendiri.
Di tengah sorotan terhadap gaya hidup pejabat, sosok Muhammad Nenk hadir sebagai angin segar, membuktikan, jabatan tidak selalu identik dengan privilese tanpa batas.
MEMBANGUN CITRA POSITIF PEJABAT PEMERINTAH
Kisah Muhammad Nenk ini menjadi inspirasi, tidak hanya bagi sesama pejabat di Sulawesi Tengah, tetapi juga masyarakat luas. Langkah kecilnya mengajarkan bahwa integritas adalah investasi jangka panjang.
“Ketika masyarakat percaya bahwa pejabat kita bertanggung jawab, itu artinya kita sudah menang setengah jalan dalam membangun pemerintahan yang bersih,” tutupnya.
Di tengah kemelut ketidakpercayaan masyarakat terhadap sebagian pejabat publik, teladan seperti Muhammad Nenk menunjukkan harapan, untuk pemimpin yang bersih dan bertanggung jawab masih ada.
Mobil dinasnya mungkin sederhana, tapi makna di balik keputusannya sangat besar: kerja untuk rakyat, bukan untuk diri sendiri. (*)
Editor: Ruslan Sangadji
Tinggalkan Balasan