Menurut Menag KH Nasaruddin Umar, keberlanjutan bumi sangat bergantung pada cara manusia memperlakukannya. Ia menekankan, Kitabullah mengajarkan manusia untuk bersahabat dengan alam, bukan menaklukkan, menjinakkan, atau membinasakannya.

“Al Quran sejak awal memperkenalkan konsep, tidak ada benda mati. Segala sesuatu di alam ini bertasbih, memuji, dan mencintai Allah. Dengan demikian, alam semesta bukan sekadar objek, tetapi juga subjek,” paparnya.

Selain itu, ia menekankan, lingkungan yang terjaga dengan baik, merupakan faktor penting dalam membentuk manusia yang taat dan khusyuk dalam beribadah.

“Tidak mungkin kita menjadi hamba yang taat dan khusyuk, jika lingkungan kita rusak,” tambahnya.

PESERTA DARI EMPAT BENUA

Sementara itu, Dirjen Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad, menjelaskan bahwa MTQ Internasional pertama kali digelar di Indonesia pada 2003, kemudian dilanjutkan edisi kedua pada 2013 dan ketiga pada 2015.

Tahun ini, MTQ Internasional ke-4 mengusung tema “Al Quran, Environment, and Humanity for Global Harmony”, yang menitikberatkan pada peran Al Quran dalam menjaga lingkungan, membangun nilai kemanusiaan, serta menciptakan harmoni global.

Delegasi dari empat benua yang menjadi peserta pada MTQ Internasional ke-4 di Jakarta | Foto: Kemenag/kaidah

“Melalui tema ini, kita diajak untuk merenungkan, bagaimana Kitab Suci Umat Islam itu dapat menjadi panduan dalam merawat bumi, dan membangun hubungan yang harmonis antara manusia,” ungkapnya.

Kompetisi ini mempertandingkan dua cabang utama, yakni Tilawah dan Tahfiz Al Quran. Dari 187 negara yang mengikuti tahap pra-kualifikasi pada 2023, sebanyak 60 peserta dari empat benua berhasil lolos ke babak grand final.

Delegasi itu terdiri dari 17 peserta Tilawah Putra, 7 peserta Tilawah Putri, 19 peserta Tahfiz Putra, dan 17 peserta Tahfiz Putri. Ajang ini akan dinilai oleh 22 dewan hakim berstandar internasional, dengan 15 berasal dari Indonesia dan 7 lainnya dari Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara.

“MTQ Internasional ke-4 ini bukan hanya menjadi ajang perlombaan, tetapi juga wahana untuk memperkuat nilai-nilai Al Quran dalam kehidupan, termasuk dalam menjaga lingkungan dan membangun keharmonisan global,” tandas Abu Rokhmad. (*)

Editor: Ruslan Sangadji