Dan memang dalam teori ekonomi, termasuk pakar ekonomi internasional dari Harvard University yang pernah saya wawancarai, yaitu Dani Rodrik. Dia itu cenderung berpihak pada negara-negara berkembang, yang memiliki sumber daya alam untuk menjadi negara maju. Dia mengatakan begini: Tidak pernah ada sebuah negara berkembang yang mempunyai sumber daya alam itu bisa maju, tanpa ada hilirisasi dan industrialisasi.

Maka tidak semua negara yang menciptakan nilai tambah itu tanpa hilirisasi. Contohnya Korea, yang bukan negara dengan hilirisasi, tapi adalah negara industrialisasi. Karena defenisi hilirasi itu adalah sebuah negara yang mampu menciptakan nilai tambah, dengan proses bahan baku yang ada di negara itu. Instrumen hilirisasi adalah industrialisasi.

Nggak akan mungkin menciptakan nilai tambah, jika tanpa industri, maka di situ dibutuhkan sains dan teknologi.

Nah, coba kita lihat perbedaan antara Jepang, Korea dan China. Kalau Korea itu negara industrialisasi, dia menguasai teknologi, kapital dan pasar luar negerinya. Makanya, Korea itu merupakan bagian dari sekutu Amerika dalam ekonomi.

Sedangkan Jepang itu blended (campuran), yaitu menguasai teknologi, pasar dan kapital tapi sedikit punya bahan baku. Kemudian China, pada tahun 1980-an, negara itu betul-betul melakukan hilirisasi secara kaffah (komprehensif).

Contohnya Tanah Jarang, Jepang itu betul-betul melakukan sebuah perubahan secara secara fundamental, melakukan revolusi besar-besaran. China waktu itu tertutup, tapi membuka diri untuk masuknya FDI (Foreign Direct Investment) adalah investasi langsung dari luar negeri ke dalam suatu negara. FDI merupakan salah satu faktor penting yang mendorong pertumbuhan ekonomi global, khususnya di negara berkembang).

Silakan tekonologinya masuk, pasar dia (Jepang) buka tapi dia bilang: You olah ini dan tekonologinya you punya, tapi TKDN 88 persen. (TKDN – Tingkat Komponen Dalam Negeri) adalah persentase kandungan produk lokal (bahan baku, tenaga kerja, dan sebagainya) dalam suatu barang atau jasa, yang digunakan sebagai standar untuk mendorong penggunaan produk dalam negeri dan memberdayakan industri nasional.

Ini yang untuk mencreate industri dalam negeri mereka. Dan dia harus berkolaborasi dengan pengusaha nasional China. Dan kemudian di negara bagian china yang mempunyai potensi Tanah Jarang itu tumbuh pesat ekonominya.

Pertanyaan berikutnya adalah, konsep hilirasi Indonesia, yang cocok dengan tiga negara itu yang mana?. Maka dalam disertasi, saya tulis bahwa model yang cocok untuk hilirisasi kita adalah China.

Perbedaan China dan Indonesia. Kalau China, sebelum melakukan hilirisasi, dia membentuk kelembagaan dulu, dia by desain. Indonesia tidak by desain karena tuntutan. Maka kita lihat 2017-2018, ekspor ore nikel, hanya 3,3 miliar US Dolar Dolar.

STOP EKSPOR ORE NIKEL, HASILKAN 40 MILIAR US DOLAR

Maka Waktu itu, Presiden Jokowi meminta kepada saya, akhirnya saya stop ekspor ore nikel, kemudian saya buka pasar. Saya persilakan pengusah-pengusaha mereka masuk investasi ke Indonesia. Silakan you investasi di Indonesia, saya akan kasih tax holiday dan izin-izin.

Apa yang terjadi? akhirnya hasil ekspor kita tahun 2019-2024 dari ore nikel hasil hilrisasi, sudah mencapai 40 miliar US Dolar, dan banyak pertumbuhan kawasan baru yang muncul.

Tapi saya harus akui, bahwa hilirisasi kita belum adil. Dalam temuan saya dalam disertasi itu, hilirisasi hanya dinikmati oleh pemerintah pusat dan investor, sedangkan daerah ditinggalkan. Daerah hanya mendapatkan bencana. Maka perlu ada sebuah formulasi untuk mengatasi itu.

Sekarang, Indonesia menjadi eksportir baja terbesar di dunia. Bahkan China pernah membanned dan menurunkan pajak progresif ekspor kita. Kalau china mempenetrasi kita dengan pakaian jadi dan barang-barang UKM, sekarang kita mempenetrasi mereka dengan baja.