DUNIA LITERASI kembali diramaikan dengan hadirnya buku terbaru berjudul “Surat Cinta Sang Maha Cinta” karya Ruslan Taher Sangadji yang baru saja dirilis dua hari lalu.
Menurut saya, buku ini mengupas secara mendalam makna cinta dari perspektif yang luas dan transendental. Lebih dari sekadar hubungan antar manusia, cinta dalam buku ini dipahami sebagai anugerah Tuhan yang membimbing manusia menuju kebijaksanaan dan pengenalan terhadap eksistensi-Nya.
Dalam buku setebal 205 halaman ini, penulis yang akrab disapa Ochan, mengajak pembaca merenungi hakikat cinta yang mampu menekan ego dan mengedepankan kebijaksanaan. Cinta yang sejati, menurut Ochan, memiliki kekuatan luar biasa yang mampu menaklukkan amarah, kebencian, kesedihan, bahkan godaan iblis sekalipun.
Saya membaca dalam lembar apresiasi buku ini, Sang Mursyid M. Rohul Abdullah Syamsoe Bulganon Hasbullah Amir menegaskan, cinta bukan sekadar kelembutan yang rapuh. “Cinta adalah energi dari Ruhi yang menggerakkan, yang mampu meruntuhkan tembok kebencian, menghapus amarah, bahkan mengalahkan godaan iblis dengan cara yang tak terduga,”.
Sang Mursyid yang akrab dengan sebutan Abang, menambahkan, melawan iblis dengan amarah hanya akan memperkuat cengkeramannya, sementara cinta yang teguh justru menjadi senjata ampuh untuk mengalahkannya.
Sementara Ketua Masyarakat Spiritual Indonesia (RASI), KH. Hasyiri Muttaqin, dalam apresiasinya menekankan, buku ini menjadi media refleksi bagi pembaca untuk bertanya pada diri sendiri: “Sudahkah kita mencintai dengan benar? Apakah kita menjadikan cinta sebagai kekuatan untuk membangun, bukan merusak? Dan sudahkah kita menempatkan cinta sebagai jalan menuju Tuhan?”
Yang menarik juga, setelah membaca di lembar apresiasi selanjutnya, Ketua Umum Yaskum Indonesia, Andi Mulhanan Tombolotutu, menyoroti hubungan antitesis antara cinta dan iblis. “Ketika kita berbicara tentang cinta, kita juga berhadapan dengan iblis sebagai lawannya.
Iblis adalah makhluk ciptaan Tuhan yang melakukan pembangkangan dan diusir dari surga, namun tetap menjalankan tugasnya sebagai penggoda,” ungkapnya. Ironisnya, meski terlaknat, iblis tetap menjalankan perannya dengan penuh ketaatan.
Rais Syuriah PBNU 2022-2027, KH. Zainal Abidin, turut memberikan pandangannya dalam kata pengantar, bahwa banyak orang masih mencari makna dan kehadiran Tuhan dalam kehidupan mereka. Lewat pengalaman dan perenungan, Ruslan Taher Sangadji berhasil mengupas bagaimana perjalanan mengenal Tuhan melalui cinta bukan sekadar dogma, melainkan sesuatu yang nyata dan bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
MENGGUGAH KESADARAN SPIRITUAL
Saya sangat mengapresiasi Surat Cinta Sang Maha Cinta karya Ochan Sangadji ini. Bagi saya, buku ini memberikan panduan berharga bagi siapa saja yang ingin memahami cinta secara mendalam, baik cinta kepada Tuhan, sesama manusia, lingkungan, bahkan bagaimana menghadapi godaan iblis dengan bijaksana.
Saya menilai, kesimpulan dari buku ini, memuat tuntunan cara kita memahami cinta dalam berbagai aspek kehidupan. Termasuk bagaimana kita merasakan cinta kepada diri sendiri untuk melawan ego dan menumbuhkan kebijaksanaan.
Dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami, “Surat Cinta Sang Maha Cinta” menjadi bacaan yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga menggugah kesadaran spiritual pembaca. Buku ini menantang kita untuk merenung dan bertanya: Apakah kita benar-benar telah mencintai dengan cara yang benar? Apakah cinta dalam hidup kita membangun atau justru merusak?
Tenyata, betapa pentingnya memahami cinta, sebagai kekuatan yang membimbing manusia menuju kebaikan dan pengenalan terhadap Tuhan. Melalui buku ini, Ochan mengajak kita untuk menemukan cinta yang sejati dan menggunakannya sebagai kekuatan, yang membawa perubahan positif dalam kehidupan.
Sebuah karya luar biasa, yang patut diapresiasi dan menjadi refleksi bagi siapa saja yang ingin memahami makna cinta yang sesungguhnya. (*)
Penulis: Sudaryano Lamangkona


Tinggalkan Balasan