DI BALIK DERETAN WAJAH SUMRINGAH pada pelantikan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Kementerian Agama Republik Indonesia, terselip satu kisah perjuangan panjang yang tak banyak diketahui publik.
Kasmudin, pria 54 tahun yang telah mengabdi di Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu sejak 2006, akhirnya diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) setelah 19 tahun menunggu dalam sunyi dan setia.
“Alhamdulillah, ini adalah puncak dari penantian panjang saya,” ucap Kasmudin penuh haru usai pelantikan yang dilakukan secara virtual oleh Menteri Agama, Nasaruddin Umar, pada Senin, 26 Mei 2025. Bersama 34 tenaga honorer lainnya dari UIN Datokarama, Kasmudin resmi menyandang status ASN PPPK Formasi Tahun 2024.
Di usia yang tidak muda lagi, dan dengan waktu pensiun hanya lima tahun ke depan, pengangkatan ini bukan sekadar formalitas administratif. Bagi Kasmudin dan keluarganya, ini adalah bentuk pengakuan dan penghargaan negara atas kesetiaan dan dedikasinya selama hampir dua dekade.
Bertugas sebagai tenaga kependidikan di Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD), ia dikenal sebagai sosok pekerja keras yang jarang mengeluh.
Kisah Kasmudin bukan satu-satunya. Abdul Rahim, 41 tahun, juga termasuk dalam daftar nama yang dilantik. Sejak 2013, ia telah menjadi staf bagian umum di kampus yang sama.
Rahim berkisah, ia pernah beberapa kali mengikuti seleksi CPNS namun belum membuahkan hasil.
“Saya sempat pesimis, tapi saya tidak pernah berhenti berharap. Dan akhirnya, jalur afirmasi PPPK ini menjadi jalan saya,” ujarnya.
Selain Kasmudin dan Rahim, dua nama lainnya yang juga dilantik adalah Zahra dan Zulfakar. Zahra telah bekerja di UIN Datokarama sejak 2006, sementara Zulfakar mulai bergabung pada 2008.
Bersama 31 rekannya, mereka adalah bagian dari 71.010 ASN PPPK Tahap I Kementerian Agama yang dilantik serentak secara nasional.
Pelantikan ini, menurut Menteri Agama Nasaruddin Umar, bukan hanya soal administrasi kepegawaian, tapi juga bentuk hadirnya negara untuk mengakui pengabdian yang nyata. Dalam sambutannya, ia menegaskan pentingnya peran ASN Kemenag dalam menjadi teladan moral di tengah masyarakat.
“ASN Kementerian Agama harus bisa mencerminkan nilai-nilai agama. Karena latar belakang kita adalah putih. Kalau ada noda sedikit saja, itu sangat mencolok,” tegas Menag.
Menteri Agama juga mengajak seluruh ASN untuk bersyukur dan berterima kasih kepada keluarga, orang tua, dan tentu saja Presiden Prabowo Subianto yang telah membuka jalur afirmasi ini.
Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), Zudan Arif Fakrulloh, juga memberikan pesan mendalam, ASN bukan sekadar birokrat, tetapi pengemban amanah untuk menebarkan kasih sayang dan menjaga keutuhan bangsa.
“Negara ini utuh, karena kita punya toleransi dan kasih sayang,” katanya.
Bagi Kasmudin, pengangkatan ini bukan akhir dari perjuangan, melainkan babak baru untuk lebih giat mengabdi.
“Saya ingin menutup masa pengabdian saya dengan penuh makna dan tanggung jawab. Status ini adalah amanah, bukan hadiah.”
Kisah Kasmudin dan rekan-rekannya adalah potret kecil dari besarnya dedikasi ribuan tenaga honorer yang telah lama menunggu kejelasan status. Kini, dengan seragam ASN di tubuh mereka, perjuangan mereka mendapatkan pengakuan yang layak — dan akhirnya, menjadi nyata. (*)

Tinggalkan Balasan