PALU, KAIDAH.ID – Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah terus mendorong peningkatan status Bandara Mutiara SIS Aljufri, menjadi menjadi bandara internasional. Langkah strategis ini dibahas dalam rapat koordinasi yang dipimpin langsung oleh Gubernur Anwar Hafid pada Selasa, 3 Juni 2026, di Ruang Kerja Kantor Gubernur Sulteng.
Rapat tersebut dihadiri oleh sejumlah pemangku kepentingan, termasuk Kepala Bandara Mutiara SIS Aljufri, perwakilan Bea Cukai, Imigrasi, Balai Karantina, Dinas Perhubungan Provinsi, Dinas Perkebunan dan Peternakan, Camat Palu Selatan, serta perwakilan dari Pemerintah Kota Palu.
Gubernur Anwar Hafid menegaskan, peningkatan status bandara bukan hanya menyangkut kesiapan infrastruktur, tetapi juga bagian dari strategi jangka panjang untuk membawa Sulawesi Tengah lebih terhubung dengan dunia internasional.
“Alhamdulillah, saya baru saja selesai memimpin rapat dengan instansi terkait. Kita membahas bagaimana Bandara SIS Aljufri ini bisa segera ditingkatkan statusnya menjadi bandara internasional,” jelas Gubernur Anwar.
Ia menjelaskan, salah satu tujuan utama percepatan ini, untuk memberikan kemudahan bagi jamaah haji asal Sulawesi Tengah, agar dapat berangkat langsung dari Palu tanpa harus transit di kota lain.
“Ini adalah aspirasi masyarakat kita selama bertahun-tahun. Kami berharap niat baik dan kerja keras ini, mendapat dukungan dan kemudahan dari semua pihak. Semua tim yang hadir hari ini sangat luar biasa,” tambahnya.
FASILITAS DAN SEJARAH BANDARA
Bandara Mutiara SIS Aljufri saat ini memiliki luas total sekitar 103.351 meter persegi, dengan terminal penumpang seluas 19.476 meter persegi. Landasan pacunya memiliki panjang 2.510 meter dan lebar 45 meter, memungkinkan pendaratan pesawat berbadan sempit seperti Boeing 737-900ER.
Pasca-gempa besar tahun 2018, bandara ini mengalami rehabilitasi besar-besaran dengan anggaran sebesar Rp567 miliar. Kini, bandara telah dilengkapi dengan apron, sistem navigasi udara modern, fasilitas keamanan sesuai standar nasional, serta layanan ground handling yang memadai.
Kehadiran bandara ini diharapkan dapat mempercepat arus mobilitas manusia dan barang dari dan ke Provinsi Sulawesi Tengah.
Saat ini, beberapa maskapai domestik yang aktif beroperasi di bandara ini antara lain Wings Air, Garuda Indonesia, Batik Air, Super Air Jet, Lion Air, dan Citilink, dengan berbagai rute penerbangan dari Palu ke sejumlah kota di Indonesia.
Nama “Mutiara” disematkan langsung oleh Presiden Soekarno saat berkunjung ke Palu pada 10 Oktober 1957. Saat itu, lapangan terbang ini masih bernama “Masovu”, yang berarti tanah berdebu. Menurut Presiden Soekarno, nama tersebut mencerminkan keindahan alam Palu yang ia saksikan dari udara.
“Saya lihat dari atas tadi sebelum turun, Palu terlihat indah penuh pernik. Olehnya saya namakan Mutiara,” kata Presiden Soekarno saat itu, sembari menyebut Palu sebagai bagian dari rangkaian mutiara khatulistiwa.
Kemudian, pada 28 Februari 2014, nama bandara ini secara resmi berubah menjadi Bandara Mutiara SIS Aljufri, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 178 Tahun 2014. Perubahan nama ini dilakukan untuk menghormati Sayyid Idrus bin Salim Aljufri, seorang ulama besar dan pendiri Alkhairaat yang memiliki peran penting dalam sejarah pendidikan dan dakwah Islam di Sulawesi Tengah.
Editor:Ruslan Sangadji

Tinggalkan Balasan