JAKARTA, KAIDAH.ID – Expo dan Forum Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), telah ditutup pada 24 Juni lalu. Dari puluhan peserta, booth Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) jadi salah satu yang paling ramai dikunjungi, dan juga paling bikin penasaran.

Apa yang membuat banyak orang berhenti di sana? Salah satu alasannya cukup mengejutkan: banyak pengunjung baru tahu, kalau PT IMIP bukanlah perusahaan tambang.

“Saya baru tahu kalau PT IMIP itu bukan perusahaan tambang, tapi pengelola kawasan industri. Di dalamnya ada banyak perusahaan yang beda-beda. Booth-nya asyik, saya malah dapat tumblr,” kata Nisa (17), pelajar SMK yang datang bersama rombongan sekolah.

Komentar Nisa bukan satu-satunya. Dalam tiga hari pameran, tercatat lebih dari 300 pengunjung mampir ke booth IMIP. Rata-rata dari mereka penasaran atau bahkan salah mengira bahwa IMIP adalah perusahaan tambang nikel.

JADI, APA ITU IMIP SEBENARNYA

IMIP adalah pengelola kawasan industri terpadu yang berlokasi di Morowali, Sulawesi Tengah. Di dalamnya terdapat 56 tenant, termasuk perusahaan tambang, smelter, dan manufaktur lainnya.

Jadi, IMIP bukan yang menambang atau memproduksi langsung, tetapi menyedikan infrastruktur dan mengelola Kawasan, agar tenant bisa beroperasi secara efisien dan terintegrasi.

Dari 56 tenant itu, 29 sudah beroperasi, sisanya masih dalam tahap konstruksi. Tenant-tenant ini berasal dari berbagai negara seperti Tiongkok, Jepang, Australia, India, dan tentu saja Indonesia.

Menurut Direktur Komunikasi PT IMIP, Emilia Bassar, hingga 2024, total investasi yang masuk ke kawasan ini mencapai 34,3 miliar Dolar Amerika atau sekitar Rp562,52 triliun.

Tak hanya itu, IMIP juga berkontribusi besar pada devisa ekspor nasional—mencapai 15,4 miliar Dolar Amerika atau Rp252,56 triliun.

Dari sisi tenaga kerja, kawasan ini menyerap lebih dari 85.000 pekerja Indonesia, mayoritas berasal dari Sulawesi. Ini menjadikan IMIP sebagai salah satu kawasan industry, dengan daya serap tenaga kerja terbesar di Indonesia.

LINGKUNGAN DAN UMKM JADI PERHATIAN

Selama expo, IMIP juga menampilkan berbagai inisiatif keberlanjutan. Salah satunya adalah penggunaan Cogeneration Power Plant, yang bisa mengubah uap panas dari proses produksi menjadi listrik, mengurangi ketergantungan pada PLTU.

Beberapa tenant bahkan telah memasang panel surya di atap pabrik dengan total daya sekitar 130 megawatt, dan ada yang merencanakan membangun hingga 200 megawatt lagi.

Tak hanya soal energi bersih, IMIP juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Di sekitar kawasan, tercatat ada 7.643 UMKM pada 2025 — naik dari 4.697 pada tahun 2021. Jenis usahanya beragam, dari kios makanan, bengkel, konter pulsa, hingga penyedia APD dan peralatan industri.

KESEJAHTERAAN PEKERJA DAN KOMITMEN SOSIAL

IMIP juga memastikan kesejahteraan pekerjanya. Standar gaji yang diberlakukan berada di atas Upah Minimum Kabupaten Morowali. IMIP juga menyediakan fasilitas kesehatan, pelatihan kerja, beasiswa pendidikan, dan jalur karier yang terarah.

Dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja (K3), hingga kini 31 tenant telah mengikuti audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), sebagai bagian dari peningkatan standar operasional kawasan industri.

Foto AI

Untuk masyarakat sekitar, IMIP aktif menjalankan berbagai program sosial seperti pemeriksaan kesehatan gratis, donor darah, pembangunan klinik, perbaikan jalan, hingga pencegahan stunting dan penyediaan beasiswa pendidikan.

Meskipun expo dan Forum Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 di Jakarta International sudah berakhir, IMIP tetap jadi perbincangan. Partisipasi mereka di ajang ini bukan hanya soal promosi, tapi juga membuka ruang dialog dan edukasi kepada publik yang selama ini salah paham.

“IMIP bukan tambang, tapi kawasan industri tempat puluhan perusahaan beroperasi. Dan semua ini bukan cuma tentang bisnis, tapi juga tentang keberlanjutan,” kata Emilia Bassar menutup penjelasannya.

Editor: Ruslan Sangadji