PALU, KAIDAH.ID – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Tengah bersama perusahaan Green in Power Inc, menggelar temu wacana budidaya dan bisnis perikanan laut, dengan fokus pada potensi ekspor bintang laut jenis Protoreaster sp. berwarna oranye yang banyak ditemukan di wilayah kepulauan Sulawesi Tengah.

Dalam diskusi yang berlangsung di Palu, Kamis, 20 Maret 2025, kedua pihak membahas peluang pemanfaatan Protoreaster sp. sebagai komoditas ekspor yang tengah naik daun di pasar Jepang. Permintaan dari Negeri Sakura mencapai 400 hingga 600 ton per tahun dan terus meningkat, menjadikannya peluang ekonomi baru bagi masyarakat pesisir.

Perwakilan Green in Power Inc menyebutkan, produk bintang laut dalam bentuk cacahan kering berukuran 1 cm memiliki nilai jual sebesar US\$ 500 per ton. Namun, untuk menghasilkan 1 kg bintang laut kering, dibutuhkan sekitar 7 kg bintang laut basah, sehingga pengelolaannya harus memperhatikan aspek ekologi dan keberlanjutan.

Sulawesi Tengah diyakini memiliki potensi besar untuk komoditas ini, terutama di daerah-daerah kepulauan seperti Kepulauan Togian di Kabupaten Tojo Una-Una, Kepulauan Bokan di Banggai Laut, serta wilayah pesisir Morowali. Meski demikian, DKP Sulteng mengakui, data riil tentang populasi dan sebaran Protoreaster sp. masih perlu dikumpulkan.

“Kami melihat peluang ekonomi dari komoditas ini, namun tetap harus memperhatikan kelestarian sumber daya laut. Karena itu, sebelum disosialisasikan ke masyarakat, kami akan merumuskan tata kelola penangkapan dan pemasaran yang tertuang dalam Surat Edaran,” kata Kepala DKP Provinsi Sulawesi Tengah, Moh. Arief Latjuba.

Salah satu solusi yang diusulkan pihak perusahaan untuk menjaga populasi adalah dengan sistem tangkap dan regenerasi: dari 14 bintang laut yang ditangkap, empat ekor dipotong dan dikembalikan ke laut agar dapat beregenerasi secara aseksual, kemampuan alami yang dimiliki spesies ini.

DKP juga menilai bahwa koperasi nelayan dapat menjadi mitra strategis, dalam menjembatani nelayan lokal dan perusahaan eksportir. Selain itu, pengembangan teknologi budidaya atau penangkaran Protoreaster sp. menjadi salah satu opsi yang mulai dipertimbangkan, guna menjaga ketersediaannya di alam.

Langkah awal yang akan diambil DKP Provinsi adalah berkoordinasi dengan DKP kabupaten/kota guna mengidentifikasi data populasi dan merumuskan mekanisme penangkapan yang berkelanjutan.

“Potensi ini bisa menjadi tambahan nilai ekonomi bagi masyarakat pesisir, tapi harus ditata sejak awal agar tidak merusak keseimbangan ekosistem laut,” tegas Arief Latjuba. (*)

Editor: Ruslan Sangadji