NIKEL merupakan salah satu logam serbaguna yang memiliki nilai strategis tinggi di dunia industri. Dari peralatan rumah tangga, bodi kendaraan, hingga komponen baterai kendaraan listrik, nikel menjadi bahan utama dalam berbagai produk teknologi modern.
Salah satu pusat industri pengolahan nikel terbesar di Asia Tenggara, terletak di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, yaitu PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Mengutip sejumlah media, dalam agenda Media Visit Nasional yang digelar PT IMIP, sejumlah jurnalis nasional mendapat kesempatan untuk melihat langsung proses peleburan bijih nikel di kawasan industri tersebut. Kunjungan dimulai dari tahap awal pengolahan bijih nikel jenis saprolit, hingga menjadi produk akhir seperti feronikel, nickel pig iron (NPI), dan nikel matte.
Saprolit sendiri merupakan bijih nikel dengan kadar nikel tinggi, berkisar antara 1,5 hingga 3 persen. Bijih ini diolah menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dalam suhu ekstrem mencapai 1.400–1.800 derajat Celcius.
“Proses smelting merupakan tahap paling krusial karena kandungan air harus benar-benar nol persen. Jika ada sisa air, bisa terjadi ledakan,” ujar salah satu pekerja di area smelter.
Operator di ruang kontrol, secara terus-menerus memantau suhu dan kestabilan sistem, untuk memastikan proses berlangsung aman dan efisien. PT IMIP saat ini mengoperasikan 54 line smelter untuk pengolahan bijih nikel.
Seluruh pengunjung yang menyaksikan proses peleburan, diwajibkan mengenakan perlengkapan keselamatan lengkap, termasuk helm, rompi, masker, dan sepatu khusus. Penggunaan telepon genggam untuk mengambil foto dan video juga dilarang selama kunjungan berlangsung.
DUA METODE EKSTRAKSI
Communications Director PT IMIP, Emilia Bassar, menjelaskan, terdapat dua metode utama dalam pengolahan bijih nikel: pyrometallurgy dan hydrometallurgy. Pyrometallurgy digunakan untuk bijih saprolit, menghasilkan produk seperti NPI (kadar nikel 10%), feronikel (15–40%), dan nikel matte (hingga 80%).
Sementara untuk bijih limonit yang memiliki kadar nikel lebih rendah, digunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Metode ini melibatkan penggunaan asam sulfat (H₂SO₄) pada suhu 270 derajat Celcius di dalam autoclave bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang kemudian diolah menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat, bahan utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.
“Pengolahan nikel dengan HPAL merupakan bagian penting dalam mendukung industri kendaraan listrik nasional,” ungkap Emilia.
TAHAP PRODUKSI HINGGA PRODUK AKHIR
Proses peleburan nikel di PT IMIP terdiri dari beberapa tahapan utama:
1. Ekstraksi Nikel: Melalui proses peleburan dan hidrometalurgi, bijih diolah menjadi logam nikel.
2. Smelting: Bijih dipanaskan dan dilebur hingga menghasilkan campuran logam sesuai kebutuhan industri stainless steel.
3. Pembentukan: Logam hasil peleburan dibentuk menjadi slab, batang, pipa, atau lembaran.
4. Tahap Akhir: Produk akhir seperti stainless steel diproses lebih lanjut agar tahan terhadap korosi dan memiliki kualitas industri tinggi.
“Satu gulungan besar stainless steel bisa mencapai berat hingga 21 ton,” ujar salah satu teknisi di lokasi.
Selain kebutuhan baja tahan karat, kawasan industri ini juga memproduksi komponen carbon steel, seperti steel slab, steel plate, steel bar, dan steel wire rod untuk berbagai kebutuhan konstruksi dan manufaktur.
Dengan kapasitas produksi yang masif, teknologi tinggi, serta sistem keselamatan yang ketat, PT IMIP terus mengokohkan posisinya sebagai pemain utama dalam rantai pasok global industri nikel. (*)
Editor: Ruslan Sangadji

Tinggalkan Balasan