PAL, KAIDAH.ID – Polemik terkait legalitas Yayasan Alkhairaat yang sah, mendapatkan tanggapan tegas dari Sayyid Abdullah bin Idrus al-Habsyi, cucu dari pendiri Alkhairaat, Al-Habib Idrus bin Salim Aljufri atau yang dikenal sebagai Guru Tua.

Dalam pernyataannya, Sayyid Abdullah menegaskan, Alkhairaat bukanlah milik perseorangan, melainkan sebuah organisasi Islam yang harus dijaga dari kepentingan pribadi.

“Alkhairaat bukan milik perorangan atau perseroan. Ini adalah organisasi Islam yang didirikan oleh Guru Tua demi kebaikan dan kemajuan seluruh masyarakat tanpa pengecualian,” kata Sayyid Abdullah melalui keterangan terulis yang dierima kaidah.id, Jumat, 8 1 Agustus 2025 malam.

Menurutnya, kepemimpinan dalam Alkhairaat tidak boleh hanya didasarkan pada garis keturunan, melainkan harus berpijak pada kompetensi, akhlak, dan pemahaman yang utuh terhadap sejarah serta nilai-nilai perjuangan Alkhairaat.

“Siapapun yang dipilih atau dipercaya meneruskan warisan dan perjuangan Guru Tua, seharusnya adalah seorang yang berilmu dan berakhlak mulia. Yang merangkul, bukan yang memukul. Yang tidak sejalan dengan ini perlu dilengserkan,” tegasnya.

Sayyid Abdullah menyayangkan, jika arah organisasi yang telah lama berkontribusi bagi pendidikan dan dakwah Islam ini dikendalikan oleh pihak-pihak yang menjadikan nasab sebagai satu-satunya legitimasi kepemimpinan.

“Guru Tua tidak pernah berbicara nasab. Beliau berbicara atas nama kemampuan dan keilmuan seseorang,” jelasnya.

Ia juga menyinggung kisruh terkait akta Yayasan, yang menurutnya timbul akibat adanya individu-individu yang tidak bertanggung jawab, dan mencoba menguasai Alkhairaat demi kepentingan pribadi atau kelompok.

“Ini sangat berbahaya. Jika dibiarkan, ruh dan cita-cita Guru Tua bisa hancur,” tandasnya.

Sayyid Abdullah mengajak seluruh elemen Alkhairaat dan masyarakat, untuk kembali pada nilai-nilai dasar yang telah diwariskan Guru Tua, yakni keikhlasan, keilmuan, pengabdian, dan persatuan umat—serta menolak segala bentuk manipulasi terhadap lembaga yang menjadi salah satu warisan keislaman terbesar di Indonesia Timur ini. (*)

Editor: Ruslan Sangadji