Pagi itu, halaman Kantor DPP Partai Golkar di Jakarta tampak lebih ramai dari biasanya. Di antara lautan warna kuning yang berkibar, terselip wajah-wajah haru dan senyum yang sulit disembunyikan. Di barisan depan berdiri lima sosok sederhana — para pengemudi ojek online yang hari itu tak lagi menunggu order, melainkan menunggu panggilan dari langit.

Empat di antaranya perempuan berhijab, satunya laki-laki berkalung salib. Mereka bukan politisi, bukan pejabat, melainkan pekerja keras yang setiap hari menembus panas, hujan, dan debu jalanan demi keluarga di rumah. Namun di usia ke-61 Partai Golkar, merekalah yang menjadi tamu istimewa.

“Empat ibu-ibu pengemudi ojek online ini kami berangkatkan umrah, dan satu saudara kita yang beragama Kristen kami berangkatkan ziarah rohani ke Yerusalem,” kata Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, dengan suara bergetar di tengah tepuk tangan para kader.

Tak banyak kata yang diucapkan oleh para penerima hadiah itu. Air mata dan senyum merekalah yang bercerita. Salah satu di antaranya, seorang ibu paruh baya, mengaku tak pernah membayangkan bisa menjejakkan kaki ke Tanah Suci. “Rasanya seperti mimpi,” ucapnya lirih. “Saya cuma kerja ojek online, nggak sangka Allah kasih jalan lewat cara seperti ini.”

Bahlil menyebut, langkah kecil ini adalah simbol penghargaan bagi masyarakat kecil yang setiap hari berjuang tanpa pamrih. Ia ingin menunjukkan bahwa politik bukan sekadar perebutan kekuasaan, melainkan jalan untuk berbagi dan mengabdi.

“Kami ingin Golkar hadir bukan hanya di gedung-gedung besar, tapi juga di hati rakyat kecil,” katanya.

Selain pemberangkatan umrah dan ziarah rohani, ribuan paket sembako juga dibagikan kepada masyarakat sekitar. Dari ujung tenda, terlihat anak-anak kecil berebut salaman dengan kader Golkar, sementara para ibu membawa pulang beras dan minyak dengan wajah bahagia.

Yang istimewa, kegiatan sosial ini bukan hanya berlangsung di Jakarta. Serentak, di lebih dari 500 kabupaten/kota di 38 provinsi, para kader Golkar menggelar aksi serupa: pasar murah, pembagian sembako, hingga kegiatan keagamaan di pelosok desa.

“Alhamdulillah, kegiatan ini adalah bentuk rasa syukur kami di usia ke-61 tahun. Kami ingin terus menebar manfaat dan memperkuat semangat gotong royong,” ujar Bahlil.

Bagi Bahlil, angka 61 bukan sekadar usia, melainkan pengingat tentang perjalanan panjang partai yang lahir dari semangat kerja, solidaritas, dan pengabdian.

Di penghujung acara, langit Jakarta mulai jingga. Kelima pengemudi itu masih berdiri di panggung kecil, memeluk bingkisan dan surat keberangkatan mereka. Di wajah mereka tersirat cahaya baru — cahaya dari rasa syukur, dan dari keyakinan bahwa kerja keras dan keikhlasan tak pernah sia-sia.

Hari itu, Partai Golkar merayakan ulang tahun bukan dengan pesta besar, melainkan dengan keharuan. Di antara sorak dan lagu perjuangan, tersimpan pesan yang dalam:
politik yang sejati adalah politik yang menyentuh hati.

Editor: Ruslan Sangadji