DI SEBUAH RESTORAN kecil bernama Java Cuisine di Kota Laren, Belanda, aroma gurih bawang goreng seolah mengantar ingatan pulang ke dapur Indonesia. Di tengah udara dingin Eropa, kehangatan itu datang dari sejumput bawang goreng Palu — produk kebanggaan Sulawesi Tengah yang kini bersiap menembus pasar Eropa.

“Saya baru saja mencicipi bawang goreng Palu yang dibawa Pak Ridha. Rasanya eksotik dan otentik sekali, berbeda dengan bawang goreng lain yang pernah saya coba,” kata Syafei Kamil, pemilik Java Cuisine sekaligus anggota Asosiasi Pengusaha Indonesia di Belanda (Aspina), Selasa, 28 Oktober 2025.

Wajahnya sumringah, seperti menemukan cita rasa masa kecil yang lama hilang.

Keistimewaan bawang goreng Palu memang bukan isapan jempol. Setiap kepingan bawangnya renyah, gurih, beraroma tajam namun lembut di lidah. Tak ada rasa pahit yang tersisa, hanya jejak manis dan wangi yang menggoda. Lebih dari itu, daya simpannya bisa mencapai satu tahun tanpa kehilangan kerenyahannya — keunggulan yang jarang dimiliki produk serupa.

Menurut Syafei, peluang bawang goreng Palu di Eropa terbuka lebar. Di Belanda saja ada sekitar 600 restoran Indonesia, belum termasuk restoran Thailand dan Vietnam yang juga kerap menggunakan bawang goreng sebagai pelengkap masakan.

“Produk ini sudah layak masuk pasar Eropa. Saya akan bantu promosikan ke beberapa restoran di Belanda. Tapi penting juga disiapkan storytelling-nya, agar orang tahu kisah di balik rasa gurih ini,” ujarnya.

Di sisi lain, Ridha Saleh, anggota Tim Ahli Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, melihat potensi ini sebagai bagian dari misi besar hilirisasi hasil pertanian Indonesia.

“Terima kasih, Mas Syafei. Saya akan komunikasikan niat baik ini ke pemerintah daerah dan Pemprov Sulawesi Tengah. Kalau ini bisa ditindaklanjuti secara konkret, tentu akan sangat membantu para petani bawang di Sulteng,” tutur Ridha dengan optimis.

Bagi Ridha, bawang goreng Palu bukan sekadar produk kuliner, melainkan cerita tentang kerja keras petani di dataran Lembah Palu, di bawah terik matahari dan angin lembah yang kering. Dari ladang sederhana itulah lahir cita rasa khas yang kini siap melanglang buana ke Eropa.

Jika rencana ini terwujud, maka aroma bawang goreng Palu bukan hanya akan mengharumkan dapur-dapur di Indonesia, tapi juga menyapa meja makan di Amsterdam, Rotterdam, hingga Paris — membawa harum Nusantara ke jantung Eropa. (*)

Editor: Ruslan Sangadji