MOROWALI, KAIDAH.ID – PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), menegaskan komitmennya menjaga keanekaragaman hayati dan konektivitas ekosistem, dalam pengembangan kawasan industri. Komitmen tersebut kembali disampaikan saat IMIP berpartisipasi dalam COP 30 UNFCCC yang digelar 10-21 November 2025 di Brazil.

Director CSR & Environmental PT IMIP, Dermawati S menyampaikan, aktivitas industri berskala besar memiliki potensi fragmentasi ekologi, sehingga penguatan adaptasi iklim dan konservasi keanekaragaman hayati menjadi bagian penting strategi perusahaan.

“IMIP telah memulai Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati yang fokus pada perlindungan habitat kritis, pemulihan area terdegradasi, dan pembangunan koridor ekologis antara kawasan alami dan industri,” katanya dalam sesi talkshow di Paviliun Indonesia, 20 November 2025.

IMIP mengintegrasikan konservasi biodiversitas melalui pemetaan habitat sensitif, sesuai peraturan nasional dan standar GIIP serta panduan IFC. Program reboisasi dan rehabilitasi mangrove terus dilakukan dengan melibatkan masyarakat.

Hingga 2025, IMIP telah menanam 70.188 bibit mangrove di sekitar Morowali dengan total luasan 5,62 hektare. Perusahaan juga melakukan penanaman di Palu sebanyak 10.000 bibit dan 30.000 bibit dalam program nasional di Brebes. Target hingga 2026 mencapai 150.000 bibit mangrove.

Selain itu, IMIP membangun IMIP EduPark seluas 23 hektare sebagai pusat konservasi dan edukasi lingkungan, termasuk perlindungan satwa endemik Sulawesi.

IMIP bersama BKSDA juga telah memindahkan 20 ekor Macaca ochreata ke habitat baru pada 2024. Upaya pemulihan pesisir dilakukan melalui transplantasi terumbu karang dan penanaman mangrove di Sombori.

Dalam transisi energi bersih, sejumlah tenant IMIP mulai menggunakan ratusan alat berat bertenaga listrik. IMIP juga mengembangkan pembangkit listrik berbasis pemanfaatan energi limbah bersama Huayue Nickel Cobalt dan Dexin Steel Indonesia.

Menambah bauran energi terbarukan, IMIP bekerja sama dengan PT Tsingshan membangun PLTS di Kanal Fatufia dengan kapasitas 1,27 MWp untuk memenuhi kebutuhan energi hijau kawasan.

“Sebagai kawasan industri yang mendukung kebijakan hilirisasi, kami terus berinovasi dalam pengurangan emisi, penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan konservasi keanekaragaman hayati. COP 30 menjadi momentum memperkuat aksi nyata adaptasi dan mitigasi iklim,” tutur Dermawati.

COP 30 membahas sejumlah agenda penting, termasuk implementasi Perjanjian Paris, transisi energi bersih, pelestarian hutan tropis, ketahanan pangan, pembangunan berkelanjutan, hingga peran komunitas lokal dalam kebijakan iklim. (*)

(Ruslan Sangadji)