MOROWALI, KAIDAH.ID – Menjelang tahun 2026, perekonomian Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), menunjukkan tren pertumbuhan yang semakin kuat.

Survei perilaku ekonomi yang dilakukan tim Research and Support Departemen SGA PT IMIP pada Oktober 2025 mencatat, rata-rata pengeluaran warga mencapai Rp5.750.880 per bulan. Dengan jumlah karyawan IMIP mencapai 86.804 orang, perputaran uang di Bahodopi diperkirakan menembus Rp499,1 miliar per bulan, meningkat drastis dari estimasi Juni 2025 yang berada pada kisaran Rp338 miliar.

Kebutuhan belanja harian karyawan, menjadi faktor utama yang menggerakkan aktivitas ekonomi lokal. Mayoritas pengeluaran warga terserap pada pos makanan dan minuman, akomodasi kos atau kontrakan, serta kebutuhan harian lain.

Survei juga mengungkap, 57 persen warga lebih memilih berbelanja di kios atau warung lokal, sementara 64 persen mempertimbangkan kedekatan lokasi sebagai alasan utama. Lonjakan populasi pekerja, turut mendorong munculnya berbagai usaha baru seperti kuliner, jasa laundry, kios sembako, hingga transportasi.

UMKM MENGUAT, POLA KONSUMSI BENTUK RANTAI EKONOMI BARU

Media Relations Head PT IMIP, Dedy Kurniawan, mengatakan bahwa konsumsi karyawan telah membentuk pola ekonomi yang saling menguatkan antara permintaan dan ketersediaan barang atau jasa lokal.

“Tingginya kebutuhan pokok tenaga kerja di kawasan IMIP, membentuk pola ekonomi saling bergantung antara kebutuhan konsumsi (demand) dan ketersediaan barang serta jasa lokal (supply). Rantai ekonomi ini berjalan setiap hari dan terjadi peningkatan jumlah usaha secara kontinu setiap tahun,” jelasnya, Jumat, 12 Desember 2025.

Riset tersebut mencatat lima jenis UMKM paling banyak di Bahodopi, yaitu Kios Pertamini (981 unit), stan minuman (735), stan makanan non-bangunan (670), kios umum (648), dan warung makan (591).

Menurut Dedy, data itu menunjukkan hubungan langsung antara konsumsi dan pertumbuhan UMKM. “Dari data yang dihimpun melalui riset ini, terlihat bahwa pergerakan jumlah unit usaha relatif selaras dengan tingkat konsumsi warga. Semakin tinggi konsumsi, semakin besar peluang sebuah unit UMKM untuk tumbuh,” ucapnya.