Ia menambahkan, keberadaan kios sembako yang terintegrasi dengan layanan bahan bakar, menjadi solusi praktis bagi mobilitas pekerja yang tinggi.
OMZET UMKM
Dari segi omzet, mayoritas UMKM Bahodopi berada pada kategori usaha mikro. Sebanyak 39 unit atau 78 persen usaha memiliki omzet maksimal Rp300 juta per tahun, termasuk stan makanan non-bangunan yang mencatat omzet rata-rata Rp234 juta per tahun atau Rp19,5 juta per bulan.
Sisanya, sebanyak 11 unit atau 22 persen, termasuk kategori usaha kecil dengan omzet antara Rp300 juta hingga Rp2,5 miliar per tahun. Pada kategori ini, stan minuman, kios, dan Pertamini rata-rata meraih omzet Rp1,08 miliar per tahun. Bahkan beberapa warung makan mampu mencapai omzet hingga Rp2,34 miliar per tahun.

Temuan ini menunjukkan, ekosistem UMKM Bahodopi mulai memasuki fase pertumbuhan yang lebih stabil. Kekuatan konsumsi warga juga berkontribusi penting bagi ekonomi Morowali dan Sulawesi Tengah.
Bank Indonesia Perwakilan Sulteng sebelumnya melaporkan, pertumbuhan ekonomi provinsi berada di posisi tertinggi kedua nasional pada triwulan III 2025, ditopang oleh akselerasi sektor manufaktur, termasuk aktivitas industri di kawasan IMIP. (*)
(Ruslan Sangadji)

Tinggalkan Balasan