PALU, KAIDAH.ID – Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah, KH Zainal Abidin, menegaskan, kerukunan sejati tidak mungkin diwujudkan dengan menghilangkan perbedaan.
“Perbedaan itu adalah keniscayaan. Kerukunan tidak lahir dari upaya menyeragamkan, karena itu mustahil dilakukan,” kata KH Zainal Abidin.
Ia menyampaikan, kerukunan justru tumbuh dari sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada di tengah masyarakat.
Menurutnya, sikap merasa paling benar, sering kali menjadi akar munculnya konflik antarumat beragama.
“Kerukunan akan terbangun jika kita mampu menghormati dan menghargai perbedaan, serta tidak terjebak pada sikap merasa benar sendiri,” tegasnya.
KH Zainal Abidin menjelaskan, dalam satu agama pun terdapat perbedaan mazhab dan pemikiran. Lantaran itu, mencari kerukunan melalui keseragaman, tidak realistis dan justru berpotensi menimbulkan persoalan baru.
Ia menegaskan, menghormati keyakinan orang lain tidak berarti melemahkan keyakinan terhadap agama yang dianut. “Keyakinan adalah wilayah subjektif. Setiap orang berhak meyakini ajaran agamanya masing-masing,” katanya.
Menurutnya, penghormatan harus diikuti dengan penghargaan terhadap perbedaan agar dapat ditemukan titik temu dalam kehidupan bersama. Sikap tersebut, lanjutnya, akan mendorong terbangunnya kehidupan sosial yang harmonis dan damai.
“Beragama seharusnya melahirkan sikap rendah hati dan inklusif, dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan yang universal,” kata KH Zainal Abidin.
Ia menambahkan, persatuan dan kerukunan hanya dapat dicapai melalui sikap saling memahami dan memaklumi, bukan dengan memaksakan kesamaan. “Kerukunan adalah hasil dari kesadaran bersama bahwa perbedaan adalah kekuatan, bukan ancaman,” tandas Guru Besar UIN Datokarama Palu ini. (*)
(Ruslan Sangadji)


Tinggalkan Balasan