KEDIRI, KAIDAH.ID – Konflik internal di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), akhirnya menemui titik temu. Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya, menyepakati sejumlah keputusan strategis usai mengikuti Rapat Konsultasi Syuriyah bersama Mustasyar di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Kamis, 25 Desember 2025.
Kesepakatan ini menandai meredanya ketegangan yang sempat mengemuka, setelah Rais Aam merekomendasikan Gus Yahya mundur dari jabatan Ketua Umum PBNU. Rekomendasi tersebut merupakan hasil rapat harian Syuriyah PBNU di Hotel Aston, Jakarta, pada 20 November 2025.
Situasi kemudian memanas, setelah Syuriyah PBNU menggelar rapat pleno di Hotel Sultan, Jakarta, pada 9 Desember 2025, yang memutuskan menunjuk Zulfa Mustofa sebagai Penjabat (Pj) Ketua Umum PBNU hingga Muktamar 2026.
Dalam perkembangan terbaru, kedua pucuk pimpinan PBNU itu mencapai kesepakatan penting yang diumumkan ke publik.
RAIS AAM TERIMA PERMOHONAN MAAF GUS YAHYA
Katib Aam PBNU Moh. Nuh menyampaikan, Rais Aam dan Wakil Rais Aam, telah menerima permohonan maaf Gus Yahya, terkait polemik kehadiran Peter Berkowitz dalam kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional NU (AKN NU).
Peter Berkowitz sebelumnya dipersoalkan, karena dinilai memiliki keterkaitan dengan jaringan zionisme internasional. Kehadirannya dianggap bertentangan dengan nilai Ahlussunnah wal Jamaah An Nahdliyah serta Muqaddimah Qanun Asasi NU.
Menurut Nuh, Gus Yahya mengakui kekurangcermatan dan kecerobohannya dalam peristiwa tersebut. Sikap itu, kata dia, dipahami sebagai bagian dari tradisi NU yang menjunjung tinggi akhlak, tabayun, dan penyelesaian masalah secara arif dan bermartabat.
“Semangat yang dibangun adalah kebersamaan dan menjaga keutuhan organisasi,” kata Moh. Nuh mengutip hasil kesepakatan tersebut.
MUKTAMAR DIGELAR SECEPATNYA
Selain penyelesaian polemik, Gus Yahya dan Rais Aam juga sepakat untuk segera menggelar Muktamar NU pada 2026. Kesepakatan ini diumumkan melalui pernyataan resmi di NU Online.
“Ketua Umum dan Rais Aam dengan bimbingan para masyayikh sepuh NU dan mustasyar, bersetuju untuk mengadakan muktamar bersama yang legitimate sesegera mungkin,” demikian pernyataan tersebut.
Keduanya juga sepakat membentuk panitia bersama dalam waktu dekat. Panitia ini akan membahas dan memutuskan waktu, tempat, serta teknis pelaksanaan muktamar.
“Untuk waktu, tempat, dan teknis pelaksanaan Muktamar akan diputuskan bersama oleh Ketua Umum dan Rais Aam melalui kepanitiaan yang akan dibentuk bersama,” lanjut pernyataan itu.
Kesepakatan ini, diharapkan menjadi titik balik konsolidasi PBNU serta memperkuat soliditas jam’iyah di tengah tantangan internal dan eksternal yang dihadapi Nahdlatul Ulama ke depan. (*)
(Ruslan Sangadji)


Tinggalkan Balasan