Saat itu, Rudy Sufahriadi yang masih berpangkat AKBP itu, nyaris menjadi korban penembakan teroris Poso.  Peristiwa itu terjadi pada 24 Januari 2006, usai Salat Subuh di Masjid Raya Poso. Teroris Poso yang mengendarai sepeda motor RX-King, menembak Rudy Sufahriadi dalam jarak dekat. Namun tembakan itu meleset, karena Rudy Sufahriadi yang memang sangat terlatih di Brimob, berhasil menghindar dari tembakan tersebut.

Terduga teroris yang menembak Rudy Sufahriadi itu adalah Enal Tao dan Yono Sayur. Setelah aksi tersebut, Enal Tao melarikan diri sampai ke Aceh dan tewas dalam sebuah operasi pengejaran teroris di daerah pada 2010. Sedangkan Yono Sayur sendiri, tewas ditembak pasukan Operasi Tinombala pada 10 November 2016.

Inspektur Jenderal Polisi Rudy Sufahriadi bersama Ruslan Sangadji, Pemred Poskota Sulteng/Kaidah.id | Foto: istimewa

Setelah itu, Rudy Gajah digantikan oleh AKBP Adeni Mohan Daeng Pabali. Perwira polisi berpostur tinggi besar itu mendapat jabatan promosi sebagai Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.

Rudy Sufahriadi juga pernah menjabat sebagai Kapolres Metro Jakarta Utara. Kemudian Kombes. Pol. Andap Budhi Revianto menggantikannya. Rudy Sufahriadi ditugaskan ke Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Tidak terlalu lama Jenderal Rudy Sufahriadi di BNPT. Ia kemudian dipercaya sebagai Kapolda Sulteng menggantikan Brigadir Jenderal Polisi Idham Azis. Selanjutnya, Rudy Gajah dipindahkan ke Jawa Barat menjadi orang nomor satu di Polda Jawa Barat. Namun, Rudy Sufahriadi menjadi korban penegakan protokol kesehatan, sehingga ia dicopot sebagai Kapolda Jawa Barat dan dipindahkan sebagai widyaiswara.

Kini, Jenderal Rudy Sufahriadi yang dikenal sangat dekat dengan berbagai kelompok itu kembali lagi ke Sulteng. Jenderal Rudy Sufahriadi, Welcome Back. *