“Ssesungguhnya itu bukan inisiatif dari keluarga, karena kami menyadari betul, bukan hanya beliau yang melakukan perlawanan terhadap penjajah di masa itu. Masih banyak tokoh di daerah yang juga sangat pantas untuk diberi gelar Pahlawan Nasional,” kata Mulhanan Tombolotutu.

Menurut mantan Wakil Wali Kota Palu dua periode itu, gelar Pahlawan Nasional yang disematkan kepada kakek mereka, karena pihak akademisi yang membentuk tim peneliti dari berbagai perguruan tinggi, mulai dari Universitas Tadulako Palu, Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu (dulunya IAIN) dan Universitas Halu Uleo, Kendari.

“Pihak akademisi kemudian meminta dukungan dari keluarga atas aktivitas riset yang mereka lakukan. Ahamdulillah, sesudah sekian tahun melakukan riset hingga ke perpustakaan Belanda, Arsip Nasional dan berbagai sumber, akhirnya upaya itu berbuah hasil. Tentu sebagai Pahlawan Nasional pertama di Sulteng,” kata Mulhanan.

Menurut Mulhanan, anugerah Pahlawan Nasional itu tidak saja menjadi kebanggaan keluarga, tapi juga menjadi kebanggaan masyarakat Sulawesi Tengah. Namun, banyak juga juga tokoh Sulteng yang melakukan perlawanan terhadap kolonelialisme, sebagaimana perlawanan para tokoh di daerah lain di Indonesia.

“Sekali lagi terima kasih dari kami keluarga kepada seluruh pihak terkait, yang telah megusulkan  Dato kami. Insya Allah, tokoh-tokoh lain bisa menyusul mendapatkan gelar kepahlawan dari Pemerintah RI. Mari kita dukung usulan itu,” kata dia.

Menurutnya, sejumlah tokoh Sulteng yang sudah diusulkan untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional adalah Karanjalemba, Makagili, Haji Hayun dan  Marunduh. *