Permintaan tersebut ditolak oleh reporter Andi Baso. Dia bertanya alasan oknum polisi yang memintanya menghapus gambar tersebut
Wartawan TVOne dan Brigpol H sempat bersitegang, akhirnya reporter Andi Baso menghapus seluruh file dokumentasi. Namun, Brigpol H merasa tidak yakin jika gambar tersebut sudah terhapus dan merampas handphone dan membentak-bentak Andi Baso.
Merasa kesal, reporter Andi Baso menyuruh Brigpol H membakar atau menghancurkan handphonenya. Karena mulai memanas akhirnya perdebatan tersebut dilerai oleh Ajudan Kapolda, Kompol Hangga.
Kepada reporter Andi Baso, Kompol Hangga meminta agar tidak menanggapi ulah oknum polisi yang arogan tersebut.
Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sulteng, Rahman Odi sangat menyesalkan sikap arogan Brigpol H tersebut.
“Kami sangat menyangkan masih ada oknum polisi yang berlagak seperti preman. Tindakan merampas alat kerja jurnalis, apalagi sampai menghapus karya jurnalistik adalah bentuk pelanggaran hukum nyata terhadap Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999,” tegas Ketua IJTI Sulteng
Menurut Rahman Odi, sikap tersebut sangat bertolak belakang dengan semangat Presisi yang sedang diwujudkan oleh Polri.
“Kami tidak setuju terhadap perlakuan oknum polisi seperti itu. Padahal sejauh ini Polda Sulteng sudah membangun komunikasi yang baik dengan media dan para Jurnalis di Sulteng,” katanya.
Atas peristiwa itu, IJTI Sulteng menilai, tindakan intimidasi, perampasan alat kerja, hingga penghapusan paksa video liputan itu menciderai semangat kemerdakaan pers, sekaligus merendahkan profesi jurnalis yang dilindungi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, Pasal 18 ayat 1.
Oleh karena itu, IJTI Sulteng juga meminta Propam Polda Sulteng mengusut kasus tersebut dan memberi sanksi kepada pelaku berinsial Brigpol H.
“Kami juga mendesak Kapolda Sulteng, Irjen Rudy Sufahriadi agar mengedukasi semua personel polisi di Sulawesi Tengah agar bersikap profesional saat berinteraksi dengan jurnalis dan masyarakat,” tandas Rahman Odi. *
Tinggalkan Balasan