DONGGALA, KAIDAH.ID – Nelayan yang tergabung dalam kelompok Ikan Terbang di Desa Tondo Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah diajak untuk adaptif dalam menghadapi ancaman dan risiko perubahan iklim.
“Kami dan kelompok nelayan dampingan saat ini tengah menyiapkan langkah-langkah adaptasi dan upaya mitigasi pengurangan risiko bencana, menghadapi ancaman dan tantangan terkait perubahan iklim,” kata Koordinator Program dari Relawan Orang dan Alam (ROA) Sulteng, Rizal, Rabu, 24 November 2021.
ROA Sulteng telah bermitra dengan Yayasan Care Peduli (YCP) untuk Pengembangan Mata Pencaharian Komunitas yang terintegrasi dalam wadah koperasi dan upaya pengurangan risiko bencana.
Dalam kerja sama itu, ROA Sulteng memberikan bantuan berupa satu buah kapal tangkap kapasitas 4 GT, enam perahu dan 4 rumpon kepada kelompok Tani Terbang yang diserahkan langsung oleh Buttu Ma’dika Team Leader Sulawesi Yayasan Care Peduli.
Sementara itu, Ketua kelompok Nelayan Ikan Terbang, Frangky mengatakan, saat ini anggota kelompoknya mencapai 30 orang, dari total jumlah penduduk yang berprofesi sebagai nelayan di Desa Tondo, Kecamatan Sirenja mencapai 300an orang.
“Kami akan berusaha memanfaatkan dukungan ini sebaik-baiknya mengingat bantuan ini cukup lengkap, karena semua tersedia dan dikelola secara berkelompok dan terintegrasi dengan koperasi ke depan,” kata Frangky.
Ia menambahkan, pola pendampingan pemberdayaan yang dilakukan ROA atas dukungan YCP, memberikan dampak positif kepada nelayan, karena prosesnya berkelanjutan dan seluruh program saling berkesinambungan baik di nelayan, perkebunan, pertanian bahkan peternakan serta usaha kecil yang akan berhimpun dalam sebuah Koperasi nantinya.
“kita bergabung dalam koperasi, program kita akan susun dengan baik, ditambah pendampingan yang dilakukan ROA sudah bersifat jangka panjang sehingga ini pasti akan berkelanjutan dengan baik,” ungkap Frangky.
Team Leader Sulawesi Yayasan Care Peduli , Buttu Ma’dika mengatakan pemberdayaan itu merupakan kelanjutan dari program yang sudah dijalankan sejak pascabencana melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala 2018 lalu.
Tinggalkan Balasan