Kaidah: Assalamu’alaikum. Bagaimana kabar?

Oki: Alhamdulillah, kher (baik)

Kaidah: Selamat, Anda telah dikukuhkan sebagai Ketua DPC PPP Kota Palu. Kenapa memilih menjadi politikus, padahal Anda sudah nyaman sebagai seorang aparatur sipil negara?

Oki: Terima kasih. Ini soal pilihan Bung. Saya memilih melepas baju ASN dan berkhidmat di PPP adalah pilihan dan itu menjadi hak azasi setiap warga negara. Soal zona nyaman atau tidak, bagi saya, itu hanyalah permainan pikiran orang saja. Yang pasti, di manapun seseorang berkhidmat, baik di ASN, Polri, TNI, swasta atau apa saja, jika pikirannya mengatakan itu adalah zona nyaman maka akan nyaman juga dia berlakon.

PPP – Ketua DPC PPP Kota Palu, Oki Maskati (kemeja putih) bersama Bendahara PPP Kota Palu, Faruq Djavar Nasar (Foto: ist)

Kaidah: PPP itu partai Islam di Indonesia. Apakah Anda yakin, bisa berkompetisi di pentas politik Kota Palu?

Oki: Begini Bung, saya sangat menyadari bahwa PPP di Kota Palu memang belum dianggap sebagai kempetitor oleh partai-partai lain. PPP juga belum berhasil mendudukan kadernya di parlemen, tetapi dengan kekuatan besar yang kami miliki saat ini, sebuah rumah besar bagi umat Islam yang dihuni kelompok milenial dan tokoh-tokoh penting di Kota Palu, kami yakin akan dapat berkompetisi di panggung politik di Kota Palu. Insya Allah, target besar PPP pada Pemilu 2024 nanti, paling kurang mendapat tiga kursi di DPRD.

Kaidah: Apakah target Anda itu bukan sebuah mimpi di tengah kesiapan infrastruktur partai politik yang sudah mapan saat ini di Kota Palu?