Lewat kerja sama itu, kata dia, UIN Datokarama juga akan berperan dalam mengedukasi remaja untuk menunda pernikahan di usia anak (nikah dini).
Pemerintah menyebut, nikah di usia dini menjadi satu faktor penyumbang terjadinya kasus stunting dan kematian saat melahirkan.
“UIN Datokarama tidak sekadar mendorong pemerintah memberikan pemenuhan gizi yang baik dan sehat untuk masyarakat, pemenuhan sanitasi yang representatif. Tetapi UIN juga akan berkontribusi langsung dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan stunting, khususnya dalam edukasi masyarakat,” sebutnya.
Kepala BKKBN Provinsi Sulteng Tenny C Soriton mengatakan penanggulangan stunting membutuhkan keterlibatan multi pihak, salah satunya peran perguruan tinggi UIN Datokarama.
“Kami sangat berterima kasih UIN Datokarama bersedia untuk berkontribusi dan kerja bersama untuk mengentaska stunting di Sulteng,” ujarnya.
Sulawesi Tengah, berdasarkan data Status Survei Gizi Indonesia (SSGI) 2021, Sulteng berada di peringkat kedelapan secara nasional, dengan angka kekerdilan tinggi prevalensi sebesar 29,7 persen. Begitu pun dengan angka wasting sebesar 9,4 persen yang menggiring Sulteng masuk dalam kategori gizi akut kronis. (*)
Tinggalkan Balasan