REDAKSI KAIDAH.ID kali ini menulis artikel Panjang tentang kilas balik kerusuhan Poso,  lahirnya teroris Poso, hingga peran Inspektur Jenderal Polisi Rudy Sufahriadi dalam penumpasan kelompok teroris yang menamakan diri sebagai Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Agar lebih terkini, Ruslan T. Sangadji (Ochan), penulis artikel ini akan menyuguhkannya berseri ini, akan memulainya dengan profil singkat Irjen Pol Rudy Sufahriadi. Terlebih lagi, artikel ini tidak bermaksud menyinggung sejumlah pihak yang pernah terlibat konflik Poso, tetapi hanya untuk meningatkan kembali sejarah kelam yang pernah terjadi di Poso. Maka di akhir tulisan ini, akan ditulis kembali sosok eks teroris yang menjadi penganjur damai di Poso.

Ini adalah seri ke empat dari artikel panjang itu

Mari kita simak bersama.

KAPOLDA Irjen Pol. Rudy Sufahriadi menegaskan, Operasi Madago Raya pasca tewasnya para pengikut kelompok yang menamakan diri Mujahidin Indonesia Timur (MIT), akan difokuskan pada program deradikalisasi.

Oleh karena itu, kata Kapolda, jangkauan Operasi Madago Raya yang sebelumnya hanya di Poso, Parigi Moutong dan Kabupaten Sigi, kini diperluas ke Kabupaten Tojo Unauna.

“Berdasarkan hasil analisis, beberapa eks narapidana teroris (napiter) yang sudah pulang bermukim di Tojo Unauna. Dan karena fokus operasi ini pada deradikalisasi (pemulihan dan bimbingan untuk mantan napiter) maka wilayahnya kita perluas sampai ke Tojo Unauna,” jelas Kapolda Rudy Sufahriadi.

Perluasan wilayah Operasi Madago Raya, kata Kapolda, karena ditengarai ada kelompok-kelompok masyarakat di beberapa wilayah tersebut, pernah memberikan dukungan kepada kelompok MIT.

“Bimbingan kepada masyarakat yang pernah terpapar atau eks napiter itu menjadi penting, agar mereka dapat hidup berdampingan dengan masyarakat dengan aman dan bisa memiliki mata pencaharian untuk perbaikan ekonom,” ucap Kapolda.

Program tersebut, sebut Kapolda Rudy Sufahriadi, yaitu melakukan sosialisasi dan mengajak masyarakat agar secara mandiri bisa menjaga kampungnya dan dirinya sendiri.

Kapolda mengakui, walaupun para terduga terduga teroris yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sudah tidak ada lagi, tetapi pihaknya bersama TNI dan Densus 88 Antiteror terus mendeteksi ancaman teroris di daerah tersebut.

“Jadi, Operasi Madago Raya fokus pada program deradikalisasi,” tandas Kapolda. (*)