Penanda-penanda ruang urban seperti Bioskop Fujiyama dan Lapangan Persipal serta Pertokoan Gadjah Mada yang menjadi bagian dari kawasan ini, di tahun-tahun itu pernah mengalami masa-masa kejayaannya.

Jejeran toko-toko kelontong, jubelan penonton bioskop, pertandingan sepak bola dan mobil-mobil sedan yang menjadi taksi antarjemput penumpang ke Kota Donggala, menjadi pemandangan rutin saat itu.

Kompleksitas urban, heterogenitas kultur dan melting pot bagi para komuter, yang menjadi ciri dari kawasan tersebut, kini telah jauh berubah.

Cukup lama kawasan ini kehilangan magnetnya. Pencanangan Kawasan Religi SIS Aljufri seakan mencipta magnet baru bagi kawasan ini, namun belum terkelola secara maksimal.

Tantangan ke depan dari Haul Guru Tua dan Festival Raodhah, adalah mengembalikan magnet bagi kawasan ini serta memberikan induksi positif bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah ini.

Semoga!