JAKARTA, KAIDAH.ID – Publik santer membicarakan Menteri BUMN Erick Thohir, bakal menjadi calon wakil presiden pendamping capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Penilaian publik itu, karena sebelumnya Erick bersama Prabowo menghadap Presiden Jokowi di Istana Bogor pada Ahad, 16 Juli 2023 lalu.

Kemudian pertemuan kedua, Erick Thohir datang menemui Prabowo Subianto. Menteri BUMN itu datang dengan membawa Rosan Roslani wakil menterinya yang baru, pada Selasa, 18 Juli 2023.

Meski begitu, Erick mengatakan, dalam dua pertemuan tersebut, tidak membicarakan tentang politik jelang Pilpres 2024, tetapi lebih pada soal industri pertahanan.

“Kalau teman-teman media tanya ada bicara politik, saya rasa belum. Saya belum ditugasin ke sini ya,” kata Erick kepada wartawan di Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat, Sabtu, 22 Juli 2023.

Tetapi, Ketua Umum PSSI itu mengungkapkan empat poin penting, menyangkut potensinya menjadi kandidat dalam Pilpres 2024.

Pertama, menurut Erick, saat ini belum ada koalisi partai politik yang terbentuk untuk mengusung dirinya.

Kedua, Erick mengaku hanya mau berpasangan dengan capres yang punya chemistry dengan dirinya.

“Saya tidak mau jadi bagian, misalnya, harus kawin paksa, jangan. Nggak enak juga,” ujarnya.

Chemistry itu, kata Erick, sangat penting karena pemimpin Indonesia setelah Presiden Jokowi, harus bekerja keras untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar RI terlepas dari jebakan negara dengan pendapatan menengah atau middle income trap.

“Rata-rata pendapatan per kapita penduduk Indonesia adalah 4.600 dolar AS,” ujarnya.

Hingga akhir masa Pemerintahan Jokowi, lanjut dia, kemungkinan pendapatan per kapita akan naik ke angka 5.000 dolar AS lebih.

Pemimpin selanjutnya, kata Erick, punya tugas dalam lima atau 10 tahun untuk menaikkan pendapatan per kapita menjadi 10.000 dolar AS.

Menurut Erick, tetapi 10 tahun ke depan, 5 tahun ke depan harus mendapatkan 10.000 supaya Indonesia tidak terebak dari ekonomi menengah yang terkunci.

“Jadi perlu ada chemistry,” ujar Erick.

Kemudian yang ketiga, Erick ingin melanjutkan program-program Pemerintahan Jokowi. Keberlanjutan program adalah kunci untuk mempercepat pembangunan Indonesia.

“Tentu saya tegak lurus dengan Bapak Presiden (Jokowi),” katanya.

Sedangkan ke empat, Erick mengaku tidak ingin menjadi bagian dari sebuah pemerintahan, yang hanya mengejar kekuasaan dan tidak ada hasil kerjanya buat bangsa dan negara.

“Apalagi, pemerintahan yang membuat rakyat sengsara,” imbuhnya.

“Lebih baik tetap seperti yang selalu saya bilang, saya siap di dalam pemerintah, saya siap di luar pemerintah kembali ke swasta,” kata Erick.

Meski begitu, Erick tidak menyebut siapa tokoh punya chemistry dengan dirinya. Dia mengaku belum ada.

Selama ini, katanya, pertemuan dengan para bakal capres seperti Prabowo, Ganjar Pranowo, maupun Anies Baswedan, hanya sebatas urusan pekerjaan, bukan terkait kontestasi politik.

“Jadi konteksnya lebih banyak pekerjaan. Memang saya boring, tapi itulah saya. Saya pekerja aja,” ujar Erick. (*)